Rainbow Arch Over Clouds

Sabtu, 31 Desember 2011

Terimakasih 2011, Selamat datang 2012, dan Selamat Mengukir Resolusi


Good bye and thank you 2011

Banyak kisah yang terukir
Banyak hari yang terlewati
Banyak pengalaman yang menemani
Ada tawa yang menghiasi
Ada tangis yang mengalir

Pahit
Manis
Getir
Semuanya dijalani

Pada tanggal 31 Desember 2011 ini, mungkin tiada kata yang bisa saya ucapkan kecuali terimakasih untuk satu tahun kebelakang ini.

Terimakasih ku yang utama dan pertama untuk Allah S.W.T, Tuaahan pemilik kata, pemilik hidup. Terimakasih atas nafas, umur, pengalaman, rezeki, cinta, kebahagiaan, dan cobaan ditahun ini.

Kedua, terimakasih ku untuk kedua orang tua. Terimakasih untuk cinta, kasih, pengorbanan, omelan, nasihat, materi, dan segalanya.

Ketiga, terimakasih untuk sahabat yang masih menemani dan mau bersama dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki,
especially untuk:

  • Maulana Abdullah, yang telah dengan blakblakan mulai membuka mata kita berdua tentang mimpi-mimpi kita. tentang mimpi, cita-cita, harapan, yang rasanya mulai punya "nafas" setelah kami berbicara tentang semua mimpi kita. Tentang penulis, Tentang penyanyi.
  • Hamdani Syamra, yang telah memperkenalkan saya dengan @nulisbuku, sehingga saya mengenal teman-teman penulisa lainnya.
  • Dan mereka yang selalu memberikan sumbangsih dan perhatiannya kepada saya.
Keempat, untuk semua inspirator dan motivator saya Raditya Dika dan Erditya Arfah. Terimakasih atas semua buku dan keseharian yang selalu menginspirasi saya.

Kelima, terakhir, tetapi bukan yang paling akhir, terimakasih untuk dunia yang amsih megizinkan saya untuk hidup dan berpijak pada tanahnya, minum pada airnya, dan memakan dari segala limpahannya :)


Serta resolusi yang belum tercapai, dan mungkin ini semua karena saya kurang berusaha.
Berharap di tahun 2012 akan:
  • Menjadi orang yang lebih baik untuk segala hal
  • Makin dekat dengan Tuhan
  • Menyelesaikan draft  buku yang masih "mati suri"
  • Punya penaikan kemampuan berbahasa Inggris
  • IP tetep baik
  • Magang ditempat yang baik
  • BlackBerry
  • Android
  • NoteBook
  • Dapet Judul Skripsi
  • Dan segala kebaikan yang menyertai
AND WELCOME 2012 :)

Rabu, 28 Desember 2011

Selamat Ulang Tahun Idolaku

24 Desember 1984 s/d 24 Desember 2011

SELAMAT ULANG TAHUN BANG DIKAAAAAAA!!!

Selamat ulang tahun idolaku, motivator, dan inspirator ku bang Dika Angkasaputra Moerwani Nasution.


My Idola, Inspirator, dan Motivator


ini ada 27 doa sekaligus permintaan buat lo:

  1. Selamat panjang umur
  2. Sehat selalu
  3. Tambah deket sama Allah
  4. Tambah sayang keluarga
  5. Tambah pinter
  6. Tambah sukses
  7. Tambah deket juga sama semua fans nya
  8. Tambah ganteng luar-dalem
  9. Semua bukunya laris maniiiiisssss
  10. Tetep humble dan menjadi Raditya Dika yang apa adanya
  11. Selalu bisa menjadi inspirator semua orang
  12. Semua resolusi dan cita-citanya bisa tercapai
  13. Bisa jadi kakak yang baik buat adik-adiknya
  14. Bisa jadi anak yang baik buat Orang tuanya
  15. Bisa jadi idola yang baik buat semua yang mengidolakan lo
  16. Tetep berkarya dengan menelurkan karya-karya baru
  17. Makin eksis di TV
  18. Makin akur sama Edgar dan jangan buka aib dia lagi (kasihan abang, Edgar sudah besar) HAHHAA
  19. Makin lucu di StandUpComedy nya
  20. Tetep nampilin lelucon yang cerdas dan fresh
  21. Jangan suka galau kelamaan
  22. BISA MOVE ON!!!
  23. Cepet punya pacar baru
  24. Cepet punya calon istri
  25. Cepet married
  26. Gue tunggu undangannya
  27. Dan semoga segalanya makin hebat


AMIIIIIIIIN :)

Laksana taburan bintang malam
Bergelut dengan rengkuhan sayap 
Ketika pelangi pancarkan gradasi warna dengan sempurna
Sebentuk karya memanggil sang fajar
Dari cahaya lilin pada setiap kata
Dari potongan kue untuk setiap doa
SELAMAT ULANG TAHUN INSPIRATOR KU :)

Sabtu, 24 Desember 2011

Review Manusia Setengah Salmon


Judul                : Manusia Setengah Salmon
Penulis             : Raditya Dika
Penerbit           : GagasMedia
ISBN                 : 979-780-531-9
Tebal                : 258 halaman
Harga               : Rp. 42.000,- untuk pembelian di toko buku terdekat
                          Dapatkan disc. 15% untuk pembelian di toko buku online
         
“Ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal dirasa sudah tidak lagi saling menyamakan tetap di pertahankan untuk bersama.
Mirip seperti gue dan dia.
            Dan, dia memutuskan untuk pindah”.

            Kalimat diatas adalah kalimat yang mewakili tubuh dan inti utama dari sebuah “perpindahan” didalam novel Manusia Setengah Salmon nya bang Raditya Dika yang beredar 24 Desember kemarin.
            Novel yang masih menceritakan tentang kesehariannya bang Dika, dengan segala pengalaman aneh bin absurd nya, yang tetap memancing gelak tawa pembaca. Pada buku ke enamnya ini, cerita dalam MSS ini terlihat lebih cerdas dengan banyak quotes menarik didalamnya. Dan “pindah” sepertinya magnet utama dalam buku ini.
            Kelakuan aneh dari keluarganya bang Dika yang juga dikupas secara frontal tetap menjadi cara jitu untuk memancing tawa pembaca. Mulai dari “Ledakan Paling Merdu” yang menceritakan tentang kebiasaan melakukan senam kentut setiap pagi yang selalu dilakukan papa-nya bang Dika, yang menurut dia itu sehat karena gas di perut kita hasil tidur semalam harus dikeluakan, kalau enggak nanti kita bisa sakit. Sampai akhirnya bang Dika pun menirukan kebiasaan ini, yang diberi nama “Kentut Bersama”.
            Belum lagi bab-bab menarik yang masih mengundang senyam-senyum dan tawa-tawi adalah teteeeeup kelakuan aneh nya Edgar (adik terakhirnya bang Dika), yang selalu saja di eksplore secara brutal dan tidak ber prike-Edgaran dengan membuka aib dan kebodohan adik malangnya, atau tentang Mama yang selalu merasa khawatir dan selalu melebih-lebihkan sesuatu yang sering membuat kesal tapi ngangenin.
            Selain kalian akan dimanjakan dengan suguhan “kegalauan” tingkat tinggi dan komedi yang lebih tepat dibuat oleh orang yang sakit jiwa, buku ini juga membahas tentang perhatian Mama yang terkadang membuat kita kesal tapi justru kita merindukan perhatian-perhatian itu, sekalipun perhatian tersebut terlalu berlebihan (Kasih Ibu sepanjang Belanda: 105-134).
            Cerita menarik tentang megap-megap nya bang Dika yang hampir punah karena terkontaminasi zat dari ketiak, pencarian mencari makanan absurd di Venice, perkenalan dengan “Perek” di Belanda (Siapa perek itu? yuk beli dan baca bukunya), interview dengan hantu yang lebih terlihat aneh daripada serem, sampai dengan perjuangan untuk belajar gulat benjang sambil memerah susu sapi. Serta bab-bab lain yang memaksa kalian buat terus-terusan baca, satu yang menarik dan lain dari pada buku bang Dika terdahulunya adalah bab cuplikan dari isi twitternya bang Dika yang singkat tapi tetep lucunya nampooooool.
Diantara semua quotes menarik didalamnya, ini adalah beberapa quotes yang paling menarik buat gue:
v  Ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal dirasa sudah tidak lagi menyamakan tetap di pertahankan untuk bersama.
Mirip seperti gue dan dia.
Dan, dia memutuskan untuk pindah. (Hal. 29)
v  Putus cinta sejatinya adalah sebuah kepindahan.
Bagaimana kita pindah dari satu hati, ke hati yang lain. Kadang kita rela untuk pindah, kadang kita dipaksa untuk pindah oleh orang yang kita sayang, kadang bahkan kita yang memaksa orang tersebut untuk pindah. Ujung-ujungnya sama: kita harus maju, meninggalkan apa yang sudah menjadi ruang kosong. (Hal: 36)
v  Semakin bertambah umur kita, semakin kita dekat dengan orangtua kita.
Kita nggak mungkin selamanya bisa bertemu dengan orangtua kita. Orangtua kita bakalan ninggalin kita, sendirian. Dan kalau hal itu terjadi, sangat tidak mungkin untuk kita mendengar suara menyebalkan mereka kembali. (Hal: 133)
v  Sesungguhnya, terlalu perhatiannya orang tua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita terima. (Hal: 134)
v  Your first date is his/her timeline (Hal: 152)
v  Mick Jagger: yuo cant always get what you want, but if you try, sometimes you just might find you get what you need.  (Hal: 161)
v  Tumbuh dewasa memang menyenangkan, tapi tumbuh dewasa juga harus melalui rasa sakit-sakit ini.
The pains of growing up. Pindah menjadi dewasa berarti siap menghadapi rasa sakit dan melihat hal-hal yang menyakitkan itu sendiri. (Hal: 203)
v  Salah satu tanda orang udah dewasa adalah ketika dia sudah pernah patah hati. (Hal: 204)
v  Perjuangan untuk pindah adalah perjuangan untuk melupakan. (Hal: 244)
v  Hidup sesungguhnya adalah potongan-potongan antara perpindahan satu dengan lainnya. Kita hidup diantaranya. (Hal: 254)
v  Hidup penuh dengan ketidakpastian, tetapi perpindahan adalah sesuatu hal yang pasti. (Hal: 255)
v  Untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gak perlu menjadi manusia super. Hanya perlu menjadi manusia setengah salmon: berani pindah. (Hal: 256)
v  Kenapa semuanya jadi pindah secepat ini?
Ya, mau gimana? Emang harus begini kan? Kita kan nggak bisa ngelawan waktu. Semuanya pasti berubah. (Hal:257)
v  Mungkin, gue hanya perlu mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil diantara semua perpindahan ini. (Hal: 258)

Manusia setengah salmon, manusia yang berani pindah dengan segala kemungkinan nantinya, pindah dari satu hati ke hati yang lain, pindah untuk mencari apa yang kita butuhkan. Sama seperti salmon yang berani bermigrasi, melawan arus sungai, berkilometer jauhnya hanya untuk bertelur.
Sekalipun itu idak gampang.
Namun perpindahan pasti terjadi.


         

Selasa, 06 Desember 2011

Raditya Dika's Talkshow

Today, 06th Desember 2011

Aiiiih gelaaaa!! You know? Hari ini bang Dika jadi pembicara seminar dikampus gue!!!!!
Lo tau apa rasanya? Lo tau gimana gue senengnya?

Hari ini beda banget sama seminar gue sebelumnya, biasanya tiap seminar gue selalu duduk di paling belakang dan ANTI banget buat duduk di depan. Tapi sekarang? Gue duduk di bangku nomer dua dari depan!! It's so amazing for me.

And then, okay back to the topic.
Setelah lama nungguin bang Dika muncul, dan tetiba gue jadi deg deg-an kaya mau ketemu calon mertua.
Akhirnya si bang Raditya "sikambing" Dika pun muncul dengan wajah yang innocent dan unyu abis.
Ngalor ngidul cerita sana-sini, mulai dari cherry belle, smash, iklan minyak goreng filma, sampe (lagi-lagi) ke tori-tori, dan juga dikasih poin-poin bagaimana cara menggali ide creative komedi. dan asal lo tau aja, NULIS KOMEDI ITU SUSAH. SUSAH. SEKALI LAGI, SUSAH (ambil bendera putih, kibar-kibar, menyerah, meraung-raung, matek)

Sampe di sesi tulis menulis, dan ini sesi favorite gue. di suruh nulis, disuruh curhat, dan lagi-lagi gue nggak bisa maju buat foto bareng gara-gara isi tulisan gue curhat semua. Real story. Kira-kira kaya gini nih tulisan atau lebih tepatnya curhatan gue dalam waktu 10 menit:

Jakarta, 2008
Auditorium Universitas Trisakti
          Matahari memayungi langit cerah Sabtu itu, sesosok lelaki manis dengan jas hitam mengunci pandangan gue di bangku siswa deret ketiga. Dia N***n, kakak kelas masa SMA, cinta bisu dan cinta diam-diam gue.
          Ketika syaraf otak gue menerawang masa-masa SMA, yang menurut gue hampir selalu diliputi dengan keindahan dan selalu dilengkapi dengan senyum dan wajah N***n yang gue liat setiap harinya. Ketika di Cidahu saat pelantikan ekskul, gue dikerjain senior gue untuk dateng ke wilayah paskibra.
"Lo ke paskibra sekarang! Tembak N***n!"
----------
"Kak, mau jadi pacar aku?" (asli itu sebenernya kata-kata yang jujur, JUJUR BANGET, dari hati paling dalem. Dan lo tau apa jawaban N***n? "Aku mau jadi pacar kamu, tapi gendong aku dulu") BIG JLEBB. *frezee*


Hal lain adalah ketika gue kesusahan bawa barang-barang perlengkapan pelantikan yang segede gaban, dan dia dateng, nyamperin gue, dan bilang "Sini barang-barangnya kakak yang bawain." (Ajegileee, disitu gue cuma bisa senyam-senyum sendiri dan nggak berniat sedikit pun buat naik ojek, karena gue lebih memilih untuk naik gunung disamping dia).


Dan perihal lain ketika disekolah. N***n anak XII IPS 3, kelasnya tepat di dekat kantin, dan setiap istirahat, dengan pengharapan bisa bertemu atau sekedar bertegur sapa dengan dia, gue rela setiap hari kekantin dan membujuk temen-temen gue yang rupanya hafal dengan kebiasaan gue, yaaah, padahal di kantin pun gue jarang banget beli apa-apa. tapi hanya untuk melihat. apa salahnya?


Lanjut lagi saat acara ROHIS, ketika gue harus selalu ikut rapat dan mentoring, ketika jarak antara wanita dan pria dipisahkan, dan ketika itu juga titik mata gue nggak pernah lepas dar dia.


Dan itu hanya kebahagiaan semu, kebahagiaan maya, atau mungkin kemunafikan. Cinta diam-diam, cinta bisu masa SMA, akankah gue lupakan itu semua? Gue rasa tidak akan. 


Karena kamu, aku tahu rasanya memendam cinta. Karena kamu, aku tahu rasanya pengharapan. Karena kamu, aku tahu rasanya sakit hati. Selamat bahagia bersama pacarmu yang sekarang. Selamat meneruskan masa kuliahmu. Dan saat kelulusanmu itu, ketika kau pergi, Aku masih menunggu mu di peron itu.


Jakarta, 6 Desember 2011
Aula Universitas Mercu Buana.


Dengan tulisan kaya gitu, gue nggak punya keberanian buat bacain kisah amburadul kaya gitu didepan semua audiens. Dari yang pada naik ke depan panggung pada nyeritain kisah cinta-komedi mereka. lah tulisan gue? boro-boro ada komedinya, yang ada kisah cinta bin tragis bin nyeset-nyeset urat nadi. Karena curhatan gue yang kelewatan, kalo sekalinya disuruh nulis jadinya panjang kaya gini, pake nyeritain pengalaman pribadi yang bikin gondok. Gue gagal foto bareng bang Dika. *gigit-gigit tembok*

Satu lagi yang bikin gue galau bin nyesek. Gue nggak bisa nanya di sesi tanya jawab sama bang Dika. huhuuu *mewek tiga ember*
BANG DIKA AKU GALAUUUUU............


*okay, sekarang nggak bisa foto dan minta taanda-tangannya bang Dika, tunggu gue di talkshow Manusia Setengah Salmonnya. masih mewek, masih galau, masih pengen foto, masih pengen nanya*
yakin foto?
terus ngebacain cerita N***n?
yakin mau?
aaaaarrrgggggh. TIDAAAAAAAAK!!!




Radityadika @Aula Universitas Mercu Buana

Kamis, 27 Oktober 2011

Sayap

“Ini gambar apa?” tanya lelaki dengan jersey merah disampingku.
“Sayap.” jawabku singkat sambil mengambil gambar itu dari tangan Elang.
“Sayap? Maksudnya?” tanyanya sambil menatapku bingung.
"Sayap malaikat. Kamu percaya malaikat punya sayap?” jawabku.
“Aku nggak percaya.” jawabnya acuh.
“Aku juga nggak percaya kalau malaikat punya sayap, tapi aku yakin Ia punya tangan-tangan lain yang akan menjaga.” Mataku kosong dan menerawang jauh akan hari itu. “Besok setahun sahabatku pergi.”
            Kali ini aku tidak menangis, aku lebih memilih untuk tersenyum di depan Elang. Bukan karena aku mau menjaga image dan berpura-pura tegar, tapi karena aku sudah janji padanya, pada sahabat tercantikku, aku tidak akan menangisinya lagi.
“Kamu merindukannya?” tanya Elang sambil membelai lembut rambutku.
“Sangat, aku sangat merindukannya. Aku menyayanginya.” Jawabku pelan bahkan hampir tak terdengar oleh Elang.
“Tapi kamu percaya Tuhan lebih menyayanginya?”
“Yaaa, aku percaya. Aku percaya Tuhan mempunyai tangan-tangan baik yang akan selalu menjaganya.”
            Aku pergi meninggalkannya, menenangkan diri, dan membayangkan hari Indah bersama gadis cantik berambut indah itu.
            Waktu serasa begitu cepat berlalu, meninggalkan ku dalam kenyataan bahwa hampir setahun sudah ia pergi. Fikiranku menerbangkanku pada hari istimewa itu, ketika aku, ia, dan ketiga sahabatku menikmati hari penuh canda dan kebahagiaan yang menyelimuti.
            Tak ada lagi gadis lincah yang menemaniku, tidak ada lagi rambut indah yang selalu ku irikan, tidak ada lagi cerita-cerita dan canda dalam angkot. Ahhh, seriously, I gonna miss that moment.
            Setahun berlalu sahabat, bayangmu akan selalu ada, kenangan atas mu akan selalu melekat, tersimpan rapih dalam hati, terletak pada tempat terindah dalam hati.
“Ree......” Elang mengetuk kamarku dan membangunkan dari lamunan.
“Gambarmu.” ucapnya lembut.
“Kamu percaya sayap malaikat, dan tangan baik Tuhan akan menjaganya?” tanya ku sambil menatap matanya lekat-lekat.
“Ya, aku percaya! Dan doamu juga akan menemaninya. Ia pasti lagi tersenyum disana. Diatas sana.”
“Tolong datang dalam mimpiku malam ini sahabatku, Sartika.” 

Satu Jam

Satu jam saja
Satu jam yang kuminta
Saat sang fajar mulai muncul dari singgahsananya 
Aku merasa ditampar

Ketika lututku lemas dan tangan ku bergetar melawan kenyataan
Ketika butiran bening tak dapat aku tahan
Ketika tubuh mu diam dalam tidur panjangmu

Satu jam harapanku
Aku merindukan tawa riangmu
Aku merindukan gaya lincahmu
Cukup satu jam saja, aku ingin bertemu

Satu jam impianku
Bercanda dalam bahagiamu
Berjalan dan bercerita bersamamu
Membelai hari dalam hari-hari bersamamu

Satu jam yang kumau
Sebelum mata indah itu tertutup
Sebelum bibir tipis itu mengatup
Sebelum tubuh mungil itu tertidur
Dan sebelum Makasar menyambutmu

Seribu doa ku
Semoga sayap-sayap malaikat dan tangan-tangan baik Tuhan akan menjagamu
Semoga senyummu tetap terpancar
Dan semoga doaku akan selalu menemanimu

Kepada kau sahabat tercinta yang telah di Surga, aku merindukanmu.

Jakarta, 27 Oktober 2011
(Sambi diiringi lagu Satu Jam Saja, by: Lala Karmela) 

Minggu, 01 Mei 2011

Kenikmatan

Ini adalah hariku saat aku rasa, aku mulai menjadi penghancur keluargaku. Aku rubuhkan, aku remukan, dan aku luluh lantahkan semua cerita manis dan sisa-sisa kasih sayang  dari keluargaku. Hari ini adalah tepat dimana aku diborgol dan ditarik-tarik tanpa belas kasihan seperti anjing oleh orang-orang berseragam coklat yang lengkap dengan pistol ditangannya itu, yang juga siap menekan kemudi pistol itu, dan BUMM!! Menjatuhkan ku. TIDAK, TIDAK!!! Kali ini ia tidak menjatuhkan ku, tapi akibat pengerebekan ini mereka membuat ibu ku terjatuh, tergeletak dilantai itu, dan juga pergi untuk selama-lamanya.
Ibuku pergi dengan melihat perilaku hina dan kotor anaknya. Ia pergi dengan perasaan malu dan sakit hati kepadaku. Dan ia pergi menghadap Tuhan, mungkin dengan membawa kenbenciannya untukku. Tak sempat sedetik pun aku mengucapkan kata maaf kepadanya, karena para kawalan brengsek itu telah membawa ku jauh, dan jauh dengan air mata yang mulai mengalir dipipiku, air mata yang sudah lama rasanya tidak pernah aku keluarkan lagi, atau bahkan aku mulai lupa bagaimana rasanya mengeluarkan air mata itu lagi.
Semuanya berawal ketika dua tahun yang lalu, ketika aku mulai mencoba barang itu. berawal dari perkenalan ku dengan seorang pria biadab di nightclub itu, pria biadab yang menjerumuskan aku kedalam lembah dan perapian nestapa ini itu, aku di berikan barang nikmat itu. sekali, dua kali aku mencobanya dan makin hari aku pun makin terlena dengan kenikmatannya. ”Fuck me, i will fly.”
*****
Perlahan aku mulai tusukan jarum itu pada lengan kananku. Sakit! Aku meringis dan mengigit bibir ku menahan rasa sakit ketika jarum itu bersentuhan manja dengan lengan ku. Aku melolong sekuat tenaga menahannya, tetapi setelah itu, ajaib, ajaib!! Nikmat itu pun mulai menyeruak diseluruh tubuhku, hal yang luar biasa fikirku.
Masih disudut ruang gelap berkuran 3x3 meter itu, aku menggumpulkan semua barang yang aku simpan secara diam-diam dibalik benda persegi panjang yang terbuat dari kayu itu. Barang ini yang juga pastinya aku rahasiakan dari kedua orang tuaku.
            Tabungan ku habis, uang kuliah ku semua aku habiskan, bahkan uang orangtua ku kadang ku curi untuk dapat menikmati ke fly-an itu. tak ingat akan dosa aku saat itu, atau mungkin tak ingat juga akan Tuhan ku. Uh, persetan untuk segala dosa. Yang terpenting saat itu di urat-urat otakku adalah aku hanya dapat berpesta dengan barang itu.
            Bahkan kini aku pun juga tidak memperdulikan badanku yang rusak. Badan hanya dengan menyisakan tulang yang ditutupi kulit gelap, rambut yang kusut dengan ku ikat secara beraturan, mata yang terlihat layu, dan juga wajah yang tidak pernah menampilkan senyum, serta dengan setumpuk dosa yang melilit ku.
            Setiap harinya aku tidak pernah terpisah dengan barang itu. sudah ku anggap barang ini adalah pacar atau bahkan Tuhan ku. Menyuntik, menghidup, menjilat, panas dingin, dan menggigil telah menjadi agenda rutin ku setiap harinya.
            Semua terus ku lakukan tanpa ada yang tahu, tanpa aku mendapatkan gangguan dari mana pun untuk bisa bermain manja dengan barang ini. Samapai pada suatu waktu, saat orang-orang berbaju coklat itu mengerebek kamarku saat aku sedang menikmati aroma indah itu.
            Ibuku berteliat histeris ketika melihatku sedang menghirup aroma itu ketika pintu kamarku dibuka secra paksa olehnya sambil memegang benda hitam itu ditangan-tangan mereka. Saat itu juga ibuku memegangi dada kirinya. Dan ia pun meninggal seketika.
*****
Tiga tahun kemudian ..........
            Ketika aku bebas dari hotel prodeo yang pengap itu, aku pun mendatangi ruangan gelap diujung koridor itu. sebuah ruangan kecil dengan hanya berisi tempat tidur besi yang menyakitkan. Diujung ruang itu ada seorang lelaki tua yang duduk meringkuk dengan badan gemetar dan tatapan yang kosong seakan menerawang jauh. Lantai lembab tanpa secuil pun penghangatan dan penerangan matahari dan cerahnya udara luar. Ruangan serba putih yang kecil, pengap, lembab, kotor, dan tidak layak ditempati oleh manusia manapun. Dan tempat ini juga tidak pantas untuk ayahku!!
--Hah! Tempat itu tidak pantas untuk ayahmu? Lalu kau fikir ini semua karena ulah siapa? Siapa yang memulai semua keadaan hina ini?”— Fikiran penyesalan menyusup ddiseluruh sanubariku.
            “Hahahahaha, kini hidupku hancur, dan sekarang semua kian hancur. Apa pantas aku masih berada di dunia ini? Tapi apakah pantas pula aku menghadap Tuhan dengan setumpuk dosa yang makin menggunung, yang aku pinggul selama ini? Akankah Tuhan menerima ku nantinya?
*****
            Perlahan ku dekati orang tua itu. Ku usap lembut rambut putihnya, ku sentuh pula kedua pipi tirusnya, dan ku cium lembut tangan kanannya. Ia pun menarik dirinya dari ku, menjauhi ku dengan tatapan takut kepadaku. Aku mulai merasahan pipiku basah ketika itu. dan perlahan pula, aku dekati ayahku lagi, dan tepat didepannya. Aku mengambil serpihan kaca dari tas merahku, dan aku menyilet nadiku.

 by: diangandhi


Kamis, 24 Februari 2011

rangkaian mimpi :)

Pukul: 22:56, Tahun 2015. Di ruangan kerja yang dingin
            Aku mengamati tumpukan album yang telah lama ini aku tinggalkan karena pekerjaanku mengurusi film perdana ku. Satu, dua, ahhhh, banyak sekali ternyata foto-foto kenarsisan aku dan temen-temen ku saat kuliah dulu. Perlahan aku membuka lembar demi lembar album itu. Kutemukan banyak foto yang ku fikir “Dulu ternyata aku Cu-Pu parah yah.” Dengan gaya foto yang standar itu-itu saja dan dengan muka yang juga sangat innocent.
            Kembali aku berkutat dengan laptop ku untuk menyelesaikan deadline ide cerita untuk film ku yang terbaru. Dan, hap, hap, hap. Ide itu kemudian begitu lancar mengalir menyusuri rongga dan urat-urat diotakku. Ku tatap album itu, lalu ku tuliskan semua nya di laptop hitamku. Aku tertuju pada satu itu. Foto aku bersama sahabat terbaikku. Bang Raga.

Pukul: 11:00, 7 tahun yang lalu. Di atrium kampus yang panas
Haiiiiiii. Namaku Granisa, Granisa Ratna Ayumi. Aku adalah seorang anak biasa, bukan mereka seperti orang-orang lain yang kaya dan tajir melintir. Aku saat ini berkuliah disalah satu Universitas swasta di Jakarta.
Aku berkuliah dengan jurusan Broadcasting. Satu yang aku fikirkan dalam hal ini adalah aku sangat ingin menjadi seorang reporter atau wartawan dan pemburu berita. Aku sangat menyukai semua pekerjaan yang berhubungan dengan lapangan dan alam. Aku tidak meyukai pekerjaan yang membuatku harus berpenampilan rapih dan hanya duduk stuck didepan computer dan ruangan ber-AC.
Kalo aku ingin berceritta tentang keluargaku, mungkin cerita ini tidak akan berkesan untukmu, mungkin kalian akan merasa cerita ini basi dan membosankan. Tapi mereka, keluargaku punya cerita yang indah untuk aku lukis, nyayi, dan tuliskan dalam harian kehidupanku. Ayahku hanyalah seorang karyawan swasta yang harus bekerja membanting tulang demi kami keluarganya. Demi kuliahku, demi adikku, demi ibuku, dan demi kehidupan kami. Ia ayah yang bijak, tegas, dan dapat mengatur kami untuk bisa mandiri.
Saat ini aku juga bekerja disalah satu restoran cepat saji Jepang yang terkenal. Aku hanya bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl). Aku tidak seperti teman-temanku yang hidupnya hanya berkuliah tanpa memikirkan hal lain, tanpa memikirkan apakah semester nanti kita masih bisa kuliah? Apakah besok kita masih ada ongkos untuk kuliah? Dan apakah hari ini kita bisa jajan dikampus. OH Tuhan, aku sangat iri pada mereka yang bisa menjalani masa kuliahnya tanpa memikirkan ini, itu, dan apapun.
Sejak kecil hobiku selalu bekutat dengan buku, aku sangat suka mewarnai, menggambar,, dan juga membaca semua cerita dongeng. Semua ceria dongeng, mulai dari Cinderella, Snow White, semuanya memberi inspirasi cinta kepadaku. Sampai saat ini, aku masih suka membaca. Dan sekarang aku mulai mencoba menulis semua irama kehidupan yang aku latunkan pada kertas dan computer berdebu dirumahku.
Oh iya, aku juga akan melantunkan tentang sahabatku, Ranaga Abdullah Kharisma. Ia sahabat yang ku temui pada masa orientasi. Dan kita semakin akrab ketika kami disatukan dalam kelompok pada mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi.
Kami ternyata mempunyai banyak perbedaan tapi itu semua dapat disatukan. Raga, seorang pria yang sangat lembut. Ia hobi menyanyi dan cita-citanya pun ingin menjadi seorang penyanyi, berbeda denganku yang ingin menjadi seorang penulis.

Pukul: 13:25, 5  tahun yang lalu. Di kantin orange
            “Cha, liat ini deh.” Raga tergesa-gesa kearahku
--Publish your Love with Song, Festival Menyanyi Univrsitas Martadinata. Sabtu, 21 Februari 2010—
Sekilas aku membaca brosur itu, aku pun paham ini adalah festival nyanyi atau lomba menyanyi mungkin. Dan pasti Raga ingin sekali mengikuti event ini.
“Mau ikut bang?”
“Mauuu lah, tadi gue baru ngambil ini di mading Fikom”
“Tanggal berapa sih emang?” ucapku sambil melirik brosur itu
“21 Februari? Besok dong kalo gitu?”
“Ah serius?”
*****
            And the winner is ……………. Febrian Aris Rasudi from Universitas Jayakarta”
            Aku melihat Raga tertunduk lesu disampingku, ini sudah kesekian kalinya ia tidak dapat membuktikan bahwa ia pantas menjadi juara. Ahhh, pasti suatu saat nanti, suatu saat nanti bang!
            “It’s okay brader, you are the best, but you aren’t lucky. It’s just game.” Ucapku berusaha menguatkannya.
            “Sip, masih ada besok-besok kan? Tapi…….. gue sudah sering gagal Cha”
            No Problemo, nanti kita coba lagi. Ayo cepat anterin gue kekantor pos, nih cerpen ke 13 ku yang di tolak bang. Kalo sampe ini ditolak juga? Hmmmmm”

Pukul: 14:34, 4  tahun yang lalu. Di dalam kamarku yang sempit
You Spin Me Round versi Alvin And The Chipmunk bernyanyi di handphone ku
“Hallo, dengan mbak Granisa?”
“Iya, saya sendiri, dengan siapa ini?”
“Saya dari majalah Young Generation, cerpen mbak Granisa yang berjudul Pelangi Jingga akan kami terbitkan minggu depan, dan honor untuk mbak Granisa sudah bisa di cek di rekeningnya”
“WHAT?! REALLY?! Akhirnya 17 kali mengirimkan cerpen baru kali ini dimuat?” batinku dalam hati.
“Okay terimakasih mbak.” Ucaplu cepat sambil segera ku tutup teleponnya.
            Sejak saat itu cerpen ku mulai sering masuk di majalah-majalah lain, bahkan sekarang aku sedang menyiapkan novel pribadiku. Pelan-pelan dan perlahan menulis, agar aku bisa menjadi seperti inspirasi ku, novelis terhebat menurutku “Raditya Dika.”

Pukul: 13:53, 3 tahun yang lalu. Di toko buku Gramedia
            Hari ini aku akan melihat perkembangan novel pertama! Sudah sebulan ini Novel ku kini berlebel teenlit dan berjejer dengan novel-novel hebat lainnya. Seakan rongga dada ku pun menyusung melihat nama ku bertengger pada cover novel itu. Dan aku pun mulai senang ketika ada satu, atau dua anak muda yang menghampiriku, menyodorkan novelku, dan meminta tanda tangan ku. Oh Tuhan, apakah ini rasanya menjadi seorang artis? Hmmm, tapi aku bisa sehebat inspirasi ku. Dia terlalu hebat untuk aku kalahkan.
            Kejutan lain pun kini hadir, beberapa cerpen ku kini didaulat untuk menjadi tayangan FTV, dan sinema-sinema singkat di televisi. Kini aku pun juga bekerja disana sebagai pembuat naskah cerita FTV setiap harinya. Terkadang jika otak ku mampet dan aku mencari-cari kumpulan cerpen ku aku bisa menjadikan ini sebagai tugasku dan syukurlah tim kreatif itu pun juga menyukainya. Aku mulai belajar di dunia televisi walaupun hanya menyumbang kan cerita saja.

Pukul: 19:25, 3 tahun yang lalu. Di Embun Café
            Hari ini aku dan beberapa sahabat dari Raga mengantar dan memberikan dukungan untuknya untuk lomba Jazz pada kali ini. Hmmm, entah apa yang berkecamuk di dada ku. Kali ini aku sangat bersemangat menyuruhnya mengikuti  lomba ini. Sekarang Raga sudah lumayan sering menang dalam berbagai perlombaan. Tapi kali ini, karena yang akan menjadi pemenang pada lomba kali ini akan di daulat untuk dapat berduet dengan Tompi, pada album terbarunya. Dan jika Raga menang malam ini. Maka ia akan menginjakan kaki di studio rekaman bersama Tompi. Uyeeeeh, kami semakin dekat dengan mimpi-mimpi kami.

Jakarta Convention Centre, 2 tahun yang lalu
            Aku dan bang Raga kini sudah lulus S1, sekarang ada tittle dibelakang nama kami S.SOS. akhirnya setelah 4 tahun berkutat dengan dunia perkuliahan akhirnya kami bisa lulus tepat waktu dan juga dalam waktu yang tepat.
Hari ini kembali aku mengantarkan bang Raga untuk mengikuti ajang Indonesian Idol. Suara yang semakin ciamik, dan dengan modal sebuah single duet bersama Tompi tahun lalu membuatnya begitu tambah bersemagat. Dan kali ini pun terlihat wajah keseriusan padanya. Daaaaan! Hap, hap, hap! Bang Raga lolos untuk hari ini. Alhamdulillah, terimakasih ya Allah J

Universitas Indonesia, 2 tahun yang lalu
            Sekarang aku ditemani oleh bang Raga pergi ke Universitas Indonesia untuk mengambil formulir beasiswa S2 ku di Jerman. Sejak kecil aku memang sangat menginginkan bisa pergi kesana. Tapi mungkin karena semua keterbatasan, Cuma hanya dengan beasiswa ini aku bisa mewujudkan mimpiku ke tanah eropa. Ke negara yang klasih dan sangat cantik menurut ku. Jerman!

Beberapa minggu kemudian
            Hari ini seharusnya bisa menjadi hari spesial untukku, karena aku harus pergi ke Jerman. Yaaaa! Alhamdulillah pengajuan beasiswa ku Jerman dikabulkan! Mengapa aku memilih Jerman? Karena saat ini mahasiswa dari luar yang ingin  berkuliah di jerman sangatlah murah. Bahkan karena beasiswa ini aku aku juga mendapatkan uang transport setiap bulannya.
            Tapi aku juga berat meninggalkan hari ini karena hari ini seharusnya aku ada dibalai sarbini, melihat aksi perdana sahabat ku di panggung yang selama ini sudah di impikannya. Dan dulu, saat kami masih merutas mimpi kami, aku pernah berjanji untuk bisa duduk di kursi terdepan untuk melihat penampilannya.
            Kini semua ada jalannya, aku pun juga harus pergi ke Jerman tanpa didampingi sahabat terbaikku yang mengantarkan aku mengambilkan formulir beasiswa itu. Tapi aku berjanji, aku akan selalu melihatmu dari Jerman sana. Walaupun kita terbatas oleh berjuta-juta mil jauhnya, tapi tenang sahabatku, doaku selalu ada untuk mu. Dan doakan aku juga untuk bisa sukses di Jerman sana.

Soekarno Hatta International Airport, tahun 2015
Welcome to Indonesia           
Kini aku telah kembali dari Germany, negara yang dulu hanyalah terasa mimpi bagiku. Kini gelarku adalah Master Of Communication. Aku sudah menyelesaikan lagi satu mimpi besar ku untuk bisa berdiri di benua biru itu. Berdiri dengan kemampuan ku, dan juga pengorbanan dan doa orang tua ku.
Diperjalanan aku menuju ke rumah, waaaaah! Supraise aku melihat sahabatku “Bang Raga” kini telah menjadi menjadi penyanyi terkenal. Walaupun ia belum Go International tapi dia sudah menjadi penyanyi yang hebat di nengeri nya sendiri. Papan billboard di sepanjang jalan yang memperlihatkan ekspresi bang Raga bernyanyi. Bahkan saat dilampu merah itu rata-rata cover majalah dan tabloid mereka adalah bang Raga yang mengeluarkan album baru, lagu nya menjadi tophits atau yang album lainnya meledak dipasaran. Waaaah, hebat sekali abangku itu.
“Hallo Cha, yaa ampun udah di Jakarta nggak bilang-bilang gue yee lo!”
“Hahaha, iya maaf bang. Kan sekarang udah jadi penyanyi hebat takutnya lagi sibuk lagi!”
“Ahh, gue mah kalo buat lo pasti ada Cha, tenang aja!”
“Ketemu yuk sekarang!”
            Pertemuan itu dapat melepaskan rindu ku yang terdalam kepada sahabatku, maklumlah untuk dua tahun ini aku tidak bisa pulang ke Indonesia karena biasalah masalah ongkos pesawat yang semakin mahal. Bang Raga benar-benar sahabat ku yang terbaik, ia selalu menggirimkan aku cd terbarunya ke tempat ku. Waaaah, terimakasih abang.
            Kini aku pun mulai menyiapkan novel kedua ku, dan ide gila itu pun muncul untuk membuat buku tentang jalan kami merutas mimpi kami, dari nol sampai kami bisa seperti sekarang ini. From zero to hero and from nothing to something.
******
Satu tahun kemudian…………
Lensa Senja
Saksikan di bioskop
14 Februari 2016
            Trailer film pertama ku mulai muncul di televisi, sebuah cerita cinta dari novel remaja ku empat tahun yang silam. Kini aku dapat merengkuh mimpiku, novel ku bisa kujadikan film, dan aku sendiri lah yang menyutradarai film ini, dengan memilih inspirasiku Raditya Dika untuk bermain di film ku, dan juga di bantu oleh sahabatku bang Raga, yang kini mengisi soundtrack di film perrdana ku ini.
            Mimpi ku kini mulai kurajut satu persatu, menerbitkan buku, pergi ke benua biru, menjadikan novel ku dalam bentuk film, dan menjadi sutradara, juga bisa bekerja sama dengan Raditya Dika.
            Mulai sejak itu, aku menjadi sering bekerja sama dengan Raditya Dika, dan aku juga kini didaulat menjadi sutradara untuk buku ke-5 Raditya Dika, Marmut Merah Jambu, kini aku sutradarai. Dan kini pula aku akan bekerja di stasiun televisi favorit ku.

            Raga juga kini semakin hebat, ia mulai mengutas mimpinya menjadi penyanyi Internasional, perlahan ia mulai menjajaki karier di belahan negara asia, mungkin suatu saat nanti ia juga akan pergi ke eropa, afrika, dan amerika. Kini ia mulai sering melakukan konser tunggal nya. Berdiri di panggung megah, dengan mengatasnamakan konser pribadinya.
            Kini mimpi pendidikan dan karier ku tinggal satu, bisa mendapatkan beasiswa lagi ke Negeri Paman Sam. Mengejar gelar doctor disana, dan bisa bekerja disana. Bisa sesekali ikut dalam produksi film Hollywood disana.

Los Angeles 2019
Aku kini bertemu dengan bang Raga di Amerika Serikat, ia sekarang bernyanyi disini. Berduet dengan Beyonce? Go International? Waaaaah! Hebat, sekarang mimpinya benar-benar tercapai, persis sama seperti mimpi ku, seperti mimpi kita dijaman kuliah dulu. Dan aku juga sudah menggenapkan mimpi ku, mengukir mimpiku menjadi sutradara film Hollywood ini.
APA?! Kita disatukan lagi dalam hal produksi bang Raga?! Tapi kali ini bukan di Indonesia, tapi di Amerika. Dan film apa? Ialah film tentang Indonesia.
Sampai akhirnya kami yakinkan bahwa:
Granisa: aku memang bukanlah penulis yang besar, tapi aku punya mimpi dan cita-cita yang besar yang akan aku tuliskan
Raga: aku memang bukanlah penyanyi yang besar, tapi aku punya mimpi dan cita-cita yang besar yang akan aku nyayikan
Akan aku tuliskan semua lembaran, irama, dan melodi perjuangan mimpiku dalam sebait lagu yang akan dinyayikan sahabatku.
Akan ku nyayikan sebait lagu, irama, dan melodi perjuangan mimpiku dalam secarik kertas yang ditulis oleh sahabatku.

*Hanya sekedar cerita mimpi gue Dian Ratnasari (Granisa) dan sahabatku Maulana Abdullah (Raga), tentang mimpi menjadi penyanyi dan penulis atau sutradara*

kita
*Dan ini akan menjadi kenyataan, suatu saat nanti*
AMIN J


*diangandhi