Rainbow Arch Over Clouds

Minggu, 17 Oktober 2010

KITA

Arila kini tersenyum sambil menahan sakit dihatinya, sakit melihat orang yang disayanginya bersama perempuan lain. Bukan, bukan karena ia ingin menghancurkan hubungan orang itu, tapi karena ia tahu perempuan itu tidak baik untuk orang . Orang itu, perempuan itu? Okay, orang itu adalah seorang cowok yang spesial untuk Arila, cowok itu adalah Irgi, sahabat Arila. Dan perempuan itu? Perempuan itu adalah Lisa, pacar Irgi.
Arila adalah orang yang selalu mendampingi Irgi dalam situasi apapun, mulai dari masa-masa perkenalan Irgi dengan Lisa, masa-masa PDKT, sampai dengan masa-masa mereka berpacaran. Dan kini Arila malah menahan sakit dengan hubungan mereka.
Hari ini adalah hari ulang tahun Irgi, dan Arila ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk Irgi. Sepasang stick drum adalah salah satu yang dinginkan Irgi. Pernah suatu ketika, ketika masa-masa waktu Irgi masih memiliki banyak waktu bersama Arila.
“Stick nya keren yah la?”
Mulai dari situlah Arila mulai berniat menabung untuk membelikan stick itu sebagai kado ulang tahun Irgi. Walaupun ia harus menahan sakit melihat Irgi dengan Lisa, menahan sakit karena kini Irgi tidak pernah memiliki waktu lagi dengan Arila, bahkan kini ia merasa kalau Irgi telah melupakan dirinya.
“Duit gue udah cukup nih buat beli stick drum buat Irgi!”
Besok adalah hari ulang tahun Irgi, dan sekarang Arila telah bersiap untuk pergi membeli stick tersebut dan memberikannya kepada Irgi, besok, dihari ulang tahunnya.
Hari ulang tahun Irgi.
Arila berjalan menghampiri Irgi, dengan memberikan stick sebagai hadiah ulang tahunnya. Lalu kemudian ia pergi tanpa mengucapkan kata apapun kecuali “LOVE YOU”. Kemudian ia segera pergi meninggalkan Irgi dengan kebinggungan.
Dan tanpa disadari hati Irgi telah memiliki perasaan yang sama terhadap Arila, dan tanpa disadari pula ia kemudian berkata “I LOVE YOU TOO!”

*diangandhi

Selasa, 12 Oktober 2010

warisan

mungkin ini adalah kata-kata yang bakal diucapin sama semua orangtua (yang sederhana), bukan mereka orangtua yang hidup sebagai bos, pengusaha, atau setiap orang yang bisa dikatakan sebagai orang "tajir"

kata-kata ini baru aja diucapin oleh mama dan pak'de gue.
tapi sebelumnya kata-kata ini juga pernah gue baca di salah satu blog senior gue sewaktu SMP dan juga pernah gue jadiin notes di FB.

kurang lebih kata-katanya kaya gini >>>
" kamu sekolah deh sana sampai sarjana. berapapun biayanya papa bayarin, papa fasilitasin. tapi maaf, keluarga ini nggak meninggalkan harta warisan. mama papa cuma bisa ngasih akhlak dan warisan pendidikan biar kamu pinter dan sukses. gak akan ada rumah buat kamu nanti, gak akan ada mobil mewah buat kamu nanti, kalau kamu mau itu semua. kamu harus usaha sendiri."

yaaaa.
kurang lebih inilah kata-kata yang pernah ditulis senior gue dan juga yang dibicarakan mama dan pak'de gue.
mereka emang gak punya harta apa-apa yang bisa diwarisin buat anak-anaknya.
karena emang bukan dari keluarga yang punya tanah berhektar-hektar yang tersebar dimana-mana dan bisa dibagiin buat anak-anaknya.

kasarnya mah "lo mau kaya? lo m au punya rumah? lo mau punya mobil, perhiasan, hp bagus, "KERJA LO WOYYYYY"
yaaaaaa, karena mereka cuma bekalin ilmu (bekalin uang yang mereka punya untuk diolah jadi ilmu) dan akhlak, pengajaran dunia-akhirat yang mereka kasih secara seimbang buat kami.

daaaaaaaaaaan.
sekarang mah tinggal gimana kita ngolah ilmu dan akhlak yang udah diwarisin oleh mereka.
dan Insya Allah, akhlak dan ilmu udah jadi modal utama yang bisa kita pake buat bikin kita jadi sukses.
buat bikin kita bisa beli rumah, mobil, perhiasan, dan barang-barang lainnya yang lo semua mau.
sampai akhirnya nanti kalian akan mendapatkan kata ini

kunci

*diangandhi

Senin, 11 Oktober 2010

mawar putih untuk sang bunga

          “GUEEE LULUUUSSSSS!” teriakan ini yang selalu diucapkan ketika mereka membuka amplop yang berisi pengumuman kelulusan.
Hari ini adalah pengumuman kelulusan untuk semua siswa-sisiwi SMA/sederajat di Indonesia, tidak terkecuali SMA DUNIA BANGSA. Dan hari ini adalah hari yang paling membahagiakan untuk Bunga dan seluruh murid di SMA DUNIA BANGSA, yaaa karena SMA DUNIA BANGSA ini mendapatkan kelulusan sempurna, sekolah ini lulus 100%.
“Fajaaarrrr!” teriak seorang cewek bernama bunga sambil berlari menghampiri cowok yang sedang berada di depan lapangan itu.
“Sekolah kita 100% yaaaa?” ucap cowok itu ketika Bunga sampai
“Hahahaa, iya 100%, aku juga seneng banget! Gak terasa kita udah mau kuliah!” jawab bunga semangat.
“Hahahaha, kuliah ya?” tanya Fajar dalam hati dan kini membuat raut wajahnya mulai berubah.
Hari itu Bunga menikmati hari kelulusannya bersama seluruh teman-teman seangkatannya dan juga bersama pacar kesayangannya, Fajar Prima Wahyudi. Mereka sudah berpacaran sejak baru masuk di sekolah ini, dan hebatnya mereka tidak pernah putus-sambung, yaaaa, walaupun mereka sering terlihat bertengkar, tapi kata putus tidak pernah terucap diantara mereka. SMA DUNIA BANGSA kini larut dalam kebahagiaannya, mereka saling menyelamati satu sama lain, saling melakukan tanda tangan dan corat-coretan di baju sekolah mereka sebagai bahan untuk kenang-kenangan, dan tak lupa juga mereka berterima kasih kepada semua guru-guru yang mengajar mereka.
JJJJJ
Sayang, nanti malam aku jemput yaa jam 7 .
Love you . J
                Fajar mengirim SMS kepada Bunga. Hari ini adalah malam prom night untuk anak-anak SMA DUNIA BANGSA, dan inilah malam yang sangat ditunggu-tunggu oleh Bunga. Karena ia sudah merancang gaun apa yang akan ia pakai di acara ini, dan ia akan berdandan sangat cantik malam ini.
            Ketika sudah hampir pukul 7 malam Bunga sudah rapih dengan menggunakan gaun putih yang sangat cantik dan tidak lama kemudian Fajar pun datang untuk menjemputnya. Malam ini terasa sangat spesial karena ini adalah acara malam kebersamaan mereka untuk terakhir kalinya bersama dengan teman-teman seangkatan mereka.
            “Aku harus ngomong sama kamu yang” ucap Fajar
            “Yaudah nanti dulu yang, sebentar lagi ini acara puncak loh” jawab Bunga
            “Sebentar ajaaaa, please…… suara Fajar terdengar sangat memohon
            Akhirnya mereka pergi menjauh dari hiruk pikuk dan keramaian di lapangan sekolaah menuju ke taman belakang yang sangat sepi ketika itu.
            “Bunga, aku minta maaf” Fajar membuka pembicaraan ketika sebelumnya mereka saling diam untuk beberapa saat
            “Minta maaf? Untuk apa Jar?” tanya bunga tidak mengerti
            “Aku harus ninggalin kamu”
            “Maksud kamu? Kita Putus?”
            “Bukan, bukan itu. Ehmmmm, ku mau kuliah di Jerman” suara Fajar kali ini terdengar begitu tertekan
            “Maksud kamu? Kamu gak disini? Kita kan udah janji mau kuliah bareng!” Bunga kini mulai tidak kuasa untuk menahan tangisannya
            “Maafin aku"
            “Kapan kamu pergi?”
            “Besok”
            Kemudian suasana hening kembali, yang terdengar hanyalah isakan tangis dari Bunga yang tertekan karena berada di pelukan Fajar.
            “Tunggu aku yaa 'nga?” tanya Fajar disela-sela tangisan bunga.
            Kali ini bunga hanya menganguk tanpa menjawab pertanyaan dari Fajar, ia terlalu berat untuk bertahan dengan ketidak relaan ia untuk jauh dari Fajar. Dan ketika itu ketika murid-murid lain sedang larut dalam kebahagiaan melewati acara puncak dengan ratusan kembang api, tapi Fajar dan Bunga kini menikmati kembang api itu dengan perasaan sakit di hatinya.
            Selama ini Fajar tidak pernah memberitahukan Bunga tentang rencananya ia akan kuliah di Jerman karena ia tidak mau melihat Bunga strees dan tertekan, maka itu ia berencana untuk memberitahu Bunga tepat di satu hari sebelum kepergiannya.
JJJJJ
            Bunga terlihat sangat lesu ketika meninggalkan bandara sambil memeluk boneka beruang berwarna pink dan sebuah Bunga mawar putih sambil di papah oleh seorang sahabatnya. Itu adalah dua barang yang sangat disukai oleh Bunga, ia sangat suka dengan semua barang yang berwarna putih, terutama mawar putih itu. Pernah suatu ketika Fajar memberikan ia mawar merah dan ketika ia melihat bunga itu ia langsung marah dan menyuruh Fajar mengganti mawarnya dengan warna putih. Bunga sangat benci dengan warna merah karena menurutnya warna ini tidak jauh dengan darah, dan bunga juga sangat benci dengan darah.
            Hari-hari Bunga terasa begitu sepi tanpa Fajar, karena biasanya ia bisa kapan saja untuk menelpon, SMS, atau bahkan bertemu Fajar. Tapi kini walaupun komunikasi mereka berjalan sangat baik tapi kehadiran sosok Fajar sangatlah dirindukannya.
JJJJJ
            Kali ini bunga sudah mulai masuk kuliah, ia mendapatkan sebuah perguruan tinggi negeri yang di inginkannya dengan jurusan psikologi, jurusan yang juga sangat di sukainya. Dengan adanya murid-murid baru ini mungkin dapat dijadikan ajang untuk kakak-kakak senior mencari pacar baru, atau mungkin juga para junior yang mencari-cari seorang senior yang dapat dijadikannya pacar. Tapi hal ini tidak berlaku untuk Bunga, ia sangat menjaga kepercayaan dari Fajar dan juga ia tidak ingin mengkhianati Fajar.
            Bunga adalah sosok gadis yang manis dan sangat natural. Ia tidak perlu berdandan heboh ke kampus untuk mempercantik dirinya karena sebenarnya tanpa didandani pun ia sudah terlihat cantik. Bunga ini pun mulai jadi incaran senior-seniornya untuk dapat dijadikan pacar barunya. Setiap ada yang mendekatinya Bunga selalu merespon mereka, tetapi tidak menjadi pacar mereka.
JJJJJ
            Bukan cuma Bunga, di Jerman Fajar pun tetap setia dengan Bunga, ia tidak pernah berniat untuk melirik apalagi berselingkuh dengan bule-bule di Jerman. Ia juga sangat menjaga kepercayaan dari Bunga.
            Ternyata kepergian Fajar ke Jerman tidak terlalu membuat Bunga merasa tersiksa, mereka setiap hari juga bertatap muka melalui wabcam, mereka juga berteleponan, SMS-an, Facebook-an, Twitter-an, YM-an. Inilah yang membuat Bunga tetap merasa dekat dengan Fajar. Dan keadaan ini tetap bisa mereka pertahankan untuk bertahun-tahun.
JJJJJ
Fajarprima : seminggu lagi aku pulang ke Jakarta
Bungaayu : APA? Serius kamu? Fajaaarrrr aku kangeeeeeeeeeeeeeennnnnnnnnn
Fajarprima : iya aku juga 'nga
………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
                Fajar memberitahukan lewat YM-nya bahwa seminggu lagi ia kan pulang ke Jakarta, rasanya begitu rindu dengan suasana Jakarta, dengan orang tuanya, dengan kamarnya, dengan makanannya, dengan macetnya Jakarta, dan pasti dengan Bunga tersayangnya.
JJJJJ
            “Gilaaaaa! Udah gue tinggalin dua tahun masih macet aja nih Jakarta!” ketika ia berada didalam mobil bersama Pa Sarip, supir pribadinya.
            “Yaaahhh, namanya juga Jakarta den, ndak pernah berubah” jawab Pa Sarip dengan logat Jawanya yang masih kental
            Sepanjang perjalanan dari bandara menuju kerumahnya ia terus melihat-lihat suasana jalanan kota Jakarta yang menurutnya tidak pernah berubah. Masih macet, masih banyak motor dikiri dan kanan jalan, masih banyak dilihat para pengamen dan pedagang asongan, tapi harus diakui Fajar sangat merindukan itu semua.
            “Walaikumsallam” ucap mama Fajar ketika mendengar mengucapkan salam.
            Sore itu fajar sudah sampai dirumahnya, setelah melepas rindu dengan orang tuanya dan makan malam Fajar langsung pamit untuk segera pergi kerumah Bunga.
            “Mah, aku pergi dulu yaa” ucap fajar begitu turun dari kamarnya
            “Mau kemana kamu? Kerumah Bunga?” tanya mama nya.
            “Iya mah, aku kerumah Bunga dulu yaa”
            “Hati-hati yaa nak!” ucap mama Fajar sambil mencium kening mamanya.
            Malam itu Fajar terlihat sangat senang karena ia akan segera bertemu dengan pacarnya yang sudah dua tahun ini ia tinggalkan. Dengan membawa satu buket bunga mawar putih ia sudah sangat siap untuk bertemu Bunga.
            Aku udah di depan rumah kamu .
                Kamu keluar yaaaaaa .
                Fajar mengirim SMS kepada Bunga untuk segera menemuinya di depan rumahnya. Karena kini Fajar sedang berada di seberang rumahnya. Rumah Bunga terletak di depan jalan raya. Begitu Bunga membuka pintunya wajah Bunga terlihat sangat senang sambil memanggil dan melambaikan tangan kearah Fajar. Begitu Fajar ingin menyebrang untuk segera menghampiri Bunga sampai tiba-tiba ………………………….
            BRUUUUKKKK!!!
            Sebuah mobil dengan keras menghantam tubuh Fajar yang sedang menyebrang, tubuh Fajar jatuh ke tanah dengan tubuh yang penuh dengan darah. Dan mobil itu pun langsung pergi tanpa menolong Fajar.
            “FAJAARRRRRRRR!” teriak Bunga dari depan rumahnya sambil berlari menghampiri Fajar.
            ketika itu Fajar meninggal di dalam pelukan Bunga dengan tetap mengenggam Bunga mawar putih yang kini sudah menjadi wana putih yang bercampur dengan warna merah darah Fajar.
JJJJJ
            Setelah ikut menghadiri acara pemakaman Fajar, Bunga pun hanya tertunduk lesu sambil menanggis didalam kamarnya sambil mengenggam bunga mawar putih yang kini telah menjadi warna merah karena darah Fajar.
            “Bunga” tiba-tiba suara itu masuk kedalam kamarnya
            “Tante Ina” jawab Bunga
            “Kamu jangan nangis seperti itu, tante tahu kamu sedih, tante juga sedih harus kehilangan anak yang paling tante sayangi” mama Fajar memberikan semangat kepada Bunga
            “Aku sayang Fajar tante” jawab Bunga sangat lirih
            “Iya tante tahu, ini ada sesuatu untuk kamu” ucap mama Fajar sambil memberikan satu box berwarna putih untuk Bunga.
            Setelah tante Ina keluar meninggalkan kamarnya, perlahan Bunga mulai membuka kotak putih itu. Ternyata didalam kotak putih itu adalah semua foto-foto mereka. Dari awal kali mereka jadian sampai ketika mereka berpisah dibandara. Dan juga  ada hadiah-hadiah dari Jerman yang Fajar belikan untuk Bunga. Sebuah kalung putih cantik dengan bunga mawar putih ditengahnya, dan dibelakang bunga itu ada tulisan Bunga dan Fajar.
            Setelah kejadian itu Bunga tidak pernah sama sekali melepaskan kalung pemberian Fajar itu, ia terus memakai kalung itu, dan sejak itu pula ia mulai suka dengan bunga mawar merah karena dengan mawar merah ia dapat merasakan bahwa itu adalah darah Fajar.
*diangandhi

bubble magazine

            “Huuuuuhhh, selesai juga nih UAS.” Lirih Dira dalam hati.
 “Sumpah! Tuh soal bikin otak gue keriting! Mana gak ada di kisi-kisi lagi! Jawab ngasal deh gue,” umpat Ibnu, sahabat Dira begitu keluar dari kelasnya dan langsung menghampiri Dira dengan wajah yang kusut karena kesulitan mengerjakan soal ujian tadi.
“Hahahaa, emang tuh dosen rese, bikin gue pusing!” Ucap Dira tak kalah kesal.
“Udah deh, kantin yuk laper gue!” Ajak Ibnu sambil kemudian merangkul Dira pergi.
JJJJJ
Sambil menyantap makanannya mereka terus membahas tentang ujian yang menurut mereka super duper susah itu. Memang dosen Dira yang satu ini terkenal selalu memberiakan soal-soal yang susah, dan terkadang juga tidak sesuai dengan kisi-kisi soal yang ia berikan, dan parahnya lagi ia juga terkenal dosen yang killer dan sangat pelit terhadap nilai.
“Udah deh, pasti kena SP (Semester Pendek) gue,” ucap Ibnu
“Hahaha, gak apa-apa lah Nu, itung-itung lo bisa ketemu terus sama dosen kesayangan lo,” jawab Dira meledek
“Aelaaahh, rese lo malah ngeledek lagi,” sambil menjitak kepala sahabatnya itu
“weeee, bodo amat, kapan lagi gue bisa ngeledek lo,” jawab Dira lagi sambil melemparkan tissue ke sahabatnya itu dan langsung pergi berlari meninggalkan sahabatnya
“waaahhh, Diraaaa!! Bener-bener ya lo.” Sambil pergi mengejar sahabatnya itu.
Mereka berdua kemudian pergi menuju ke taman kampus untuk menemui teman-temannya yang lain. Maklum lah ini kan hari terakhir mereka dikampus, karena mulai besok Dira dan teman-temannya sudah mulai libur panjang, kira-kira 2 bulan kedepan. Maka hari ini Dira ingin pulang malam dan sekaligus melepas kangen kepada teman-temannya.
“Dir, lo belom pulang?” Tanya seoraang cowok yang tiba-tiba datang menghampiri Dira
“Ahh, apa? Belum, mungkin sebentar lagi” Jawab Dira singkat
“Dira pulang bareng gue!” Ucap Ibnu cepat, karena ia tahu bahwa Andi pasti berniat mengajak Dira untuk pulang bersamanya.
Ibnu memang hanya sahabatnya, dia pun sebenarnya tidak membatasi siapapun untuk mendekati Dira, tetapi ia tidak suka dengan Andi, karena menurutnya Andi tidak baik untuk Dira, dan Ibnu tidak rela Andi menjadi pacar Dira.
Tanpa menjawab sanggahan dari Ibnu kemudian Andi pun pergi meninggalkan mereka sambil memberikan senyuman sinis kepada Ibnu.
JJJJJ
            Sudah tiga hari Dira menikmati liburan semesternya, tapi bukannya merasa senang, Dira malah merasa sangat bosan harus terus berada dirumah. Belum lagi uang jajan yang juga makin menipis karena biasanya selama liburan Dira tidak akan mendapatkan uang jajan. Setiap hari yang dilakukan Dira hanya bangun - makan - ngenet - tidur, setiap hari hanya itu yang selalu yang dilakukan Dira.
            Malam harinya, jam sudah menunjukan pukul 02:30 malam tetapi Dira sama sekali tidak merasakan ngantuk. Akhir-akhir ini sejak adanya Fifa World Cup membuat penyakit insomnia Dira bertambah parah, biasanya Dira paling telat tidur jam 2 pagi, tapi karena efek dari Fifa World Cup penyakit ini pun semakin parah, dan Dira baru bisa tidur ketika setelah sholat Subuh dan bangun ketika adzan Dzuhur.
            “Aduhh, insom gue makin parah, jam segini belum ngantuk-ngantuk juga gue.” Gumam Dira dalam hati
Perlahan Dira mulai menghampiri dan membuka laptopnya. Ia baru ingat kalau ia masih punya sisa cerpennya yang terbengkalai karena kesibukan Dira dikampus. Kemudian dia mulai mencoba melanjutkan cerpen karangannya. Cerpen yang sedang dibuat Dira adalah kali ini adalah masih tentang cerita cinta remaja, dan yang berbeda adalah kali ini ia mencoba mengungkap dan menceritakan kisah nyata tentang perjuangan cinta semasa SMA nya. Cinta yang selama ini terpendam selama masa SMA nya, cinta bisunya Dira kepada kakak kelasnya.
Ia terlihat sangat serius dan berusaha menyelesaikan cerpen itu sesuai dengan perasaannya. Perasaan cinta diam-diam yang selama ini ditutupinya.
“Cinta ini adalah cinta diam-diam, Cinta dalan kebisuan untuk aku dan kamu, cinta masa SMA ku”
Itu adalah sepenggal akhir dari kata-kata ungkapan cinta diam-diamnya Dira kepada sosok kakak kelas jaman SMA-nya, kepada orang yang membuatnya menunggu bertahun-tahun.
JJJJJ
            “Selesai juga cerpen ke-11 gue!” sambil mengembangkan senyuman puas bibirnya.
            “Hoooaaaamm!” Dira pun mulai merasa ngantuk dan capek ketika ia melihat bahwa jam menunjukan jarum panjangnya ke angka 11 dan jarum pendeknya menunjukan angka 4.
            “Gilaaa! udah jam mau jam 4.” “Jam segini belum tidur gue.” Ucap Dira kaget.
            Segera ia mematikan laptopnya dengan sebelumnya tentu ia menyimpan dulu file cerpen kebanggaannya itu dengan file name “Cinta Bisu Masa SMA.”
JJJJJ
            “Duduk dulu Dir, gue belom mandi.” Teriak Ibnu dari lantai atas ketika mengetahui bahwa Dira telah sampai.
            “Lama lo, dari tadi ngapain aja?” Teriak Dira balik dengan sewot.
            Hari ini Ibnu meminta Dira untuk menemaninya untuk mencari gitar baru untuknya. Karena Ibnu telat bangun, maka ia menyuruh Dira untuk kerumahnya. Dira duduk diruang tamu rumah Ibnu sambil membaca majalah yang ia ambil dari bawah laci mejanya. Dia membolak-balik majalah itu sambil sesekali membaca ramalan-ramalan zodiac yang ada di majalah itu. Tiba-tiba Dira berhenti di sebuah halaman yang menampilkan sebuah cerpen yang membuat Dira membacanya. Dira begitu serius membaca cerpen yang diterbitkan di majalah tersebut.
“Gilaaa nih cerpen, bagus banget!!” Puji Dira dalam hati
“Cerpen gue mah gak ada apa-apanya.”
Dan setelah membaca majalah itu kemudian ia mulai berfikir tentang apa yang akan ia lakukan pada kumpulan cerpen-cerpennya, “Apakah ia berani untuk mengirimkan karyanya ke majalah itu?”
            “Weeiii, sorry ya lama!” Suara Ibnu datang tiba-tiba.
            “Apaan lo?” “Kebiasaan sih lo, orang udah sampe baru mandi!” jawab Dira kesal
            “Hahaha, iya maaf yaa” Sambil mengelus lembut kepala Dira.
            “Ini majalah siapa Nu?” sambil menunjukan majalah yang tadi dibacanya.
            “Ohh, itu punya sepupu gue.” “Tapi gak dibawa lagi sama dia.” “Kenapa Dir?”
            “Gak apa-apa, buat gue yah?” “Majalahnya bagus.”
            “Ambil daaaahh!”
            “Asiikkkk!” ucap Dira bersemangat sambil memasukan majalah tersebut kedalam tasnya.
            Setelah membeli gitar baru untuk Ibnu, kemudian mereka berjalan menuju restoran Jepang favorit Dira, dan hari ini Ibnu berjanji untuk mentraktir Dira.
            “Makan dulu! Baca majalahnya nanti aja!” Perintah Ibnu.
            “Iya, tar dulu Nu! Tanggung!” sahur Dira cepat.
            “Udah makan dulu!” Perintah Ibnu lagi.
“Iya, iya.” Jawab Dira dengan muka cemberut sambil menyingkirkan majalah itu ke meja disebelahnya.
JJJJJ
Saat sudah pulang kerumah Dira langsung membuka majalah itu dan mencari-cari alamat atau email dari majalah itu agar dapat dihubungi. Setelah membolak-balik majalah itu kemudian ia temukan alamat dan email majalah tersebut. Sepertinya keyakinan Dira sudah bulat untuk mengirimkan salah satu dari koreksi cerpennya ke majalah tersebut.
Didalam kamar ia membuka laptopnya dan membaca-baca semua kumpulan cerpennya sambil menimbang-nimbang kira-kira manakah cerpen terbaiknya yang akan ia kirimkan. Iya tidak pernah berfikir  bahwa ia akan mengirimkan salah satu karyanya ke majalah, karena selama ini Dira hanya  iseng-iseng menulis untuk kepuasan pribadinya. Setelah selesai membaca-baca kemudian Dira memutuskan untuk mengirimkan cerpennya yang berjudul “Cinta Bisu Masa SMA”. Yaa, cerpen ke-11 nya yang merupakan ungkapan hati dan kisah nyatanya.
Kemudian ia mengambil HP-nya dan memencet satu kontak yang sudah ada di kotak dialed-nya.
“Hallo Nu, mau minta pendapat lo nih!”
“Kenapa Dir?” Tanya Ibnu panik
Kemudian Dira pun menanyakan tentang niatnya untuk segera menerbitkan cerpennya, tapi karena ia merasa bahwa cerpennya tidak sebagus cerpen yang ia baca di majalah sepepunya Ibnu itu, membuat Dira tidak yakin untuk melanjutkannya. Dan disaat-saat seperti inilah sosok Ibnu sangat dibutuhkannya, karena sosok Ibnu inilah yang dapat membuatnya nyaman dan tenang.
“Ya udah besok gue kerumah lo!”
“Okay, thanks Nu!” Jawab Dira dan mengakhiri percakapannya.
JJJJJ
Keesokan paginya Ibnu datang untuk membaca cerpen yang akan Dira terbitkan. Dengan deg-degan Dira menunggu reaksi Ibnu setelah membaca cerpen miliknya.
“Beneran mau dikirimin nih cerpen?” Tanya Ibnu
“Emang kenapa Nu?” “Jelek ya?” “lumayan Nu kalo beneran diterbitin gue bisa nambah-nambah uang jajan” Jawab Dira
“Bukan gitu Dir, ini juga udah lumayan kok, orang kaya lo bisa juga bikin cerpen kayak gini! hahahaa. Tapi ini cerita tentang lo sama noval kan? Lo yakin mau publikasiin ini?”
“Iya ini tentang Noval,” tapi beneran bagus gak? Kalo bagus baru gue mau terbitin.” tanya Dira memastikan.
“Iyaaa baguussss baweeelll, kirimin aja, tapi gimana nanti kalo ada yang paham sama cerita ini? Yaaa, siapa tau Noval baca!”
“Hahahaa, kaya bakal diterbitin aja nih cerpen, kan gue mau usaha dulu!” jawab Dira mulai yakin.
“Yaudah, iyaa iyaaa, tapi nanti kalo bener-bener diterbiitin traktir gue yaaaa!” Ledek Ibnu sambil mengandeng tangan Dira untuk berdiri dan segera berangkat ke kantor pos.
Sepanjang perjalanan Dira terlihat sangat gugup, ia lebih banyak diam sambil memegangi amplop coklat besar yang menjadi naskah cerpennya. Maklumlah ini baru pertama kalinya ia akan mengirimkan hasil karyanya ke majalah, dan jika cerpen ini benar-benar diterbitkan maka ia akan mendapatkan gaji pertamanya dari hasil kerja kerasnya.
Saat sampai di depan kantor pos, Dira terlihat ragu-ragu untuk melangkah, tetapi dorongan dari sahabatnya membuat Dira yakin dan bersemangat untuk mengirimkan karyanya itu.
“Bismillah,” Ucap Dira singkat sambil memasukan karyanya itu ke kotak pengiriman surat.
JJJJJ
            Hari ini, tanggal 14 September adalah hari ulang tahun Dira yang ke-19, dan hari ini juga tepat dengan dua minggu dimana ia mengirimkan demo cerpennya. Tiba-tiba saat sedang makan siang sekaligus merayakan hari ulang tahunnya bersama Ibnu ia mendapatkan telepon dari salah satu staf redaksi tempat Dira mengirimkan majalahnya.
            “YEEEE YEEEE YEEEEEEEEEEE, CERPEEENNN GUE TERBITTTT!!!!” Teriak Dira sangat senang sambil menari-nari, ketika ia menutup telefonnya.
            “IBBNUUUUU!!! CERPEN GUE MAU DITERBITIINNN!!!!” Teriak Dira kepada Ibnu sambil meremas rambut dan mencubiti pipi Ibnu dengan gemas.
            Ibnu pun tersenyum senang melihat sahabatnya bisa segembira itu mendapat kabar bahwa cerpennya akan terbit di edisi minggu depan, dan berita bahagia ini datang tepat dihari ulang tahunnya.
Thanks God!” “Ini adalah kado special untuk dia, Dira, sahabatku!” Ucap Ibnu senang dalam hati.
            Dira pun segera pergi menuju Bank untuk mengambil uang hasil karyanya yang sebenarnya tidak terlalu banyak, hanya sebesar Rp.350.000,-. Tapi hasil ini pun sudah membuat Dira sangat senang dan yang pasti cukup untuk mentraktir Ibnu sampai kenyang.
JJJJJ
            Cerpen Dira yang akan terbit di edisi minggu depan ini membuat Dira semangat membeli majalah itu dan langsung mencari halaman dimana ia dapat melihat karyanya ada disebuah majalah. Perasaan senang, terharu bercampur aduk ada di hati Dira.
            Mulai saat itu Dira menjadi semakin bersemangat dan rajin untuk membuat dan mengirimkan kumpulan cerpen-cerpennya. Yaahhhh, walaupun hasil cerpennya yang ia kirimkan itu tidak selalu diterbitkan, terkadang ada yang mengalami kegagalan, “Tapi yang penting usaha.” Itu yang membuat Dira selalu bersemangat untuk menulis dan mengirimkan cerpen-cerpen karyanya.
            “Cinta Bisu Masa SMA” inilah cerpen yang dapat membuat Dira meraih mimpinya, melihat hasil karyanya terpampang di Majalah yang popular, di BUBBLE MAGAZINE.

*diangandhi

dia untuk kakakku

         “Yeaahhh, akhirnya selesai juga” desah Cita setelah keluar dari kelas Sosiologi Komunikasi yang menurut Cita ini adalah mata kuliah yang sangat membosankan.
Yaaaa, betapa tidak membosankan menurutnya mata kuliah Sosiologi Komunikasi ini lebih banyak teori, padahal Cita sangat pusing jika sudah berkutat dengan pelajaran yang dinamakan teori, bikin ngantuk pikirnya.
Sambil terus membicarakan tentang dosen killer yang menyebalkan itu lalu Cita dan kedua temannya Amel dan Lina terus bergegas berjalan menuju kantin, karena hari sudah siang dan mereka pun juga sudah mulai lapar.
“Gue mau pesen nasi goreng seafood nih! lo mau pada nitip gak?” ajak Cita.
“Gak ahh Cit” jawab mereka kompak
“Ohh yaudah, gue pesen duluan yaa” sahut cita sambil meninggalkan bangkunya dan menuju stand nasi goreng seafood yang di inginnya.
            “Bu nasi goreng seafoodnya satu.” ucap Cita berbarengan dengan seorang cowo tinggi, tampan, dan atletis yang kini berada disampingnya.
            “Apa de? Mau satu atau dua nasi gorengnya? Jangan bareng-barengan gini dong kan ibu jadi binggung.” jawab ibu kantin itu dengan binggung.
            “Iya satu bu!” ucap Cita
            “Dua bu!” ucap cowok itu berbarengan lagi denagn Cita
            “Jadi dua bu, saya satu dan dia satu. Yang punya saya jangan pedes yah bu, dianter ke meja sana” ucap cowo itu lembut sambil menunjukan meja tempat ia duduk.
            “heeii, kamu maunya apa? Pedes atau engga?” tanya cowok itu lagi.
            “Iya bu, yang punya saya pedas tapi gak pakai telur ya bu!” Cita mengingatkan ibu kantin itu.
            “Meja saya disana yaa bu” ucap Cita sambil menunjukan mejanya, lalu pergi beralih kearah mejanya sambil sudut mata kanannya mengawasi langkah cowok itu.
            Setelah Cita duduk lagi di tempatnya, matanya tetap tertuju pada cowok tadi. Selain ia kagum dengan wajah dan badan atletisnya, serta tutur katanya yang ramah, ia juga merasa sangat mengenal pria ini.
            “Tapi ia siapa?” ucap Cita dalam hati.
            Cita terus berfikir dan mengingat ingat siapa sebenarnya cowo itu, lamunannya pun berakhir saat pesanan nasi goreng seafoodnya itu datang.
JJJJJ
            Saat malam ketika ia hendak tidur pun ia tetap memikirkan siapa cowok itu, Cita seakan-akan sangat mengenalnya, tetapi ia tidak ingat sama sekali dengan cowok itu, terlalu lama memikirkan cowok itu membuat Cita menjadi pusing dan migrainnya pun kambuh lagi.
            “Aduuhhh, gara-gara tuh cowok kumat lagi kan migrain gue, mending gue bawa tidur aja deh” geurtu Cita Karena menahan sakit di bagian kanan kepalanya.
JJJJJ
            Ditaman kampus, saat ia sedang duduk santai bersama Amel dan Lina menunngu jam kuliah berikutnya mulai, dan tiba-tiba cowok itu melintas didepan mereka sehingga membuat Cita gugup melihat cowok itu berjalan didepannya.
            “Ehh itu cowok yang tadi siapa sih?” tanya Cita penasaran kepada Amel dan Lina
“Ohh yang tadi baru lewat, yang cakep itu? Masa sih lo gak tau Cit, dia kan ketua BEM-F (Fakultas)  kita! Kemana aja lo pas ospek?” jawab Lina.
“HAH?! Masa sih? Itu kak Alan?” Tanya Cita kembali.
“IYAAA CITTAAA!!” jawab Amel dan Lina kompak.
            Setelah ia menanyakan ini itu kepada Amel dan Lina apakah benar cowok itu yang namanya kak Alan, ketua BEM-F di kampusnya, apakah dia se-enggak popular itu sampai wajah ketua BEM nya saja nggak tahu. Ternyata setelah dijelaskan dia baru inget kenapa dia tidak pernah melihat wajah seniornya itu, karena saat sang ketua BEM ini pidato didepan semua mahasiswa baru, dia sedang sakit dan hampir pingsan dan dia sedang berada di ruang rawat. Setelah itu, seiring berjalannya perkuliahan dia juga sudah lupa dan tidak memperdulikan siapa ketua BEM nya itu.
            Sesampainya dirumah, setelah membuka pintu, ia pun kaget setengah mati dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Cowok itu, Alan si ketua BEM itu ada dirumah Cita bersama Tary, kakaknya. Cita hanya bisa berdiri mematung di depan pintu dengan tatapan tidak percaya.
            “Kenapa bengong Cit, masih kenal gak lo sama dia?” tanya kak Tary sambil menunjuk kearah cowok itu.
            “HAH, a- apa-apa kak?” ucap Cita terbata-bata.
            “Haduhhh, masih kenal gak lo sama dia? Ulangi kak tary lagi
            “Ohh dia, kak Alan ketua BEM-F dikampus gw?” jawab cita santai.
            “Ohhh, jadi kamu benar-benar lupa ya Cit?” ucap cowok itu lembut.
            “HAH!!, dia tahu nama gue? Sejak kapan?” ucap Cita dalam hati.
            “Hahahaa, lo sih sok-sokan mau ganti nama, ini kak Nico loh cit, temen SD kakak, yang dulu juga suka main sama kamu! Yaaampunn, masa kamu lupa sih” ucap kakak Cita lagi sambil disertai tawa kecilnya.
            JGEERRRRR!! Pantas saja selama ini cita merasa sangat mengenal cowok ini, tapi ia sama sekali tidak menyangka kalo cowok yang selama beberapa hari ini menjadi pokok pikirannya, ternyata cowo ini adalah cinta masa kecilnya, cinta pertamanya, dan yang sampai sekarang belum pernah Cita lupakan. Yaaaa Nicholas Alan Prayudha. Kak Nico masa kecilnya yang kini lebih biasa dipanggil Alan.
            Ternyata selama ini Tary, kakak cita masih sering berkomunikasi dengan Alan, tapi baru kali inilah kesempatan Alan bisa berkunjung kerumahnya, setelah kejadian nasi goreng seafood dikantin itu membuat Alan harus memastikan apakah dia benar-benar melihat Cita kecilnya, adik Tary.
JJJJJ
            Setelah pertemuan dengan kak Nico, pangeran masa kecilnya itu hubungan Cita dan Alan semakin dekat, tidak jarang mereka sering terlihat bersama dikampus.
            Cita juga jadi sering pulang bersama Alan, tetapi setiap mereka pulang bersama Alan selalu mengajak Cita untuk menjembut kakaknya juga. Cita dan kakaknya memang berbeda kampus. Terkadang ada perasaan malas terhadap kakaknya, “Kenapa kak Nico (yaaaa, Cita selalu memanggil Alan tetap dengan nama Nico) pakai repot-repot jemput kak Tary sih?” gerutu Cita dalam hati. Karena mulai disadari atau tidak, Cita cemburu dan jealous dengan Alan yang begitu perhatian terhadap kak Tary. Tapi karena Cita ingin selalu berada di dekat Alan, apapun tidak menjadi masalah baginya selama ia bisa tetap terus bersama Alan, yaaa selama mungkin bersama Alan.
            Cita memperhatikan gerak-gerik kakaknya dan kak Niconya begitu dekat, seakan mereka berdua terlihat begitu memiliki chemistry dan terlihat sangat serasi, tapi dengan cepat Cita membuang pikiran konyol itu.
            “Kenapa gue jadi mikirin kak Tary sama kak Nico sih?’
            “Gak, gak boleh, kak Nico punya gue!”  gumam Cita.
JJJJJ
            “Citaaaa!” suara kak Tary yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Cita dan membuat kaget.
            “Kenapa sih lo kak? Bikin kaget aja! Ketok pintu dulu dong kalo mau masuk!” cecar Cita sewot.
            “hahahaa, iya maaf yah, abis pintu lo kan juga enggak di kunci, iyaaaa aku jadian loh!” kembali kakak Cita mengulangi.
            “Paling juga balikan lagi lo sama kak Danny? Iyaa kan?” sanggah Cita sekenanya.
            Danny adalah mantan kak Tary, selama ini kak Tary dan Danny selalu putus-nyambung. Makanya Cita tidak terlagu kaget mendengar berita kakaknya punya pacar, yaaahhh, paling-paling juga balikan lagi sama Danny.
            “Ih, enak aja, bukan Danny!” kak Tary membela diri.
            “Hah! Siapa kak?” tanya Cita cepat, sekaligus merasa heran karena tumben banget kak Tary dapat cowok baru.
            “Besok dia gue ajak kesini kok, buat makan malam sama mama papa.”
            “yeeehhh, centil lo” ucap Cita sambil melemparkan boneka teddy bearnya kearah kak Tary yang langsung berlari menuju pintu dan menutupnya.
            “kak Tary punya pacar baru? Siapa sih orangnya? Tumben banget kak Tary main rahasia-rahasiaan sama gue?” Pikir Cita.
JJJJJ
            “Pulang kuliah nanti jangan malam-malam yah, jam 7 udah dirumah, okay!” ucap kak Tary sebelum Cita berangkat kekampusnya.
            Hari ini Cita menjadi penasaran dengan siapa pacar baru kakaknya. Apakah mungkin kak Tary berpacaran dengan kak …… belum sempat cita melanjutkan kata-katanya kemudian dia tersadar dan membuang fikiran itu jauh-jauh.
            Hari ini Cita juga tidak melihat Alan dikampus. Di kantin, di taman, di parkiran, Cita tidak melihat batang hidung Alan sama sekali, dan ternyata setelah ditelepon Alan hari ini tidak ada jadwal kuliah, dosennya berhalangan hadir. Cita pun merasa kecewa karena hari ini ia tidak bisa bertemu dengan kak Nico nya.
JJJJJ
            Jam 6 sore, sesampainnya dirumah Cita telah melihat mama dan kakaknya sedang sibuk didapur karena menyiapkan makanan untuk acara nanti malam. Kak Tary terlihat begitu bersemangat sekali.
            “Ehhh aadikku sayang sudah pulang, cepat mandi yaahh, nanti jam 7 kita mulai makan malamnya” kak Tary menyapa Cita.
            Sambil menganguk iya Cita langsung berjalan menuju kamarnya untuk bersiap-siap, “semangat banget sih tuh kak Tary” ucapnya dalam hati.
            Cita merasa perasaan tidak nyaman, kenapa hati dia merasa begitu sakit dengan melihat senyum kak Tary jika membicarakan malam ini, kenapa Cita merasa cemburu ketika ia mengetahui kak Tary sudah punya pacar baru?
JJJJJ
            Waktu sudah hampir jam 7 malam, Cita pun sudah rapi dan bersiap untuk makan malam, ia pun turun dari kamarnya menuju ke ruang makan.
            “ Kak Tary? Itu kak Tary? Cantik banget dia malam ini?” puji Cita dala hati.
            Tanpa berkata apapun Cita lalu menarik kursi dan duduk di depan kakaknya itu, ia melihat wajah kak Tary terlihat sangat senang. Tak lama kemudian mama dan papa mereka pun turun menuju meja makan.
            “Sudah dekat belum pacar kamu Tar?” tanya mama kepada kak Tary.
            “Sudah mah, sebentar lagi juga sampai” jawab kak Tary.
JJJJJ
Bel rumah berbunyi, kak Tary langsung berdiri dengan cepat dan menghampiri arah suara yang datang. “Itu pasti pacar barunya kak Tary” pikir Cita dalam hati. Terdengar ada suara mereka mengobrol sebentar sebelum selanjutnya terdengar langkah mereka berjalan menuju ruang makan.
            Seperti tersambar petir dimalam hari Cita tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, kali ini hatinya benar-benar terasa sakit, sangat sakit hingga tidak sengaja air matanya pun menetes dari sudut matanya dan membasahi pipinya.
            “Kak Nico pacar kakaku? kak Nico pacar kak Tary?”
            “Gak mungkin, GAK MUNGKIINNNN!” jerit Cita dalam hati.
            Kak Tary dan Alan begitu sangat bahagia saat itu, berbeda dengan perasaan Cita yang menahan sakit luar biasa saat itu, tapi ini semua bukan salah mereka, kak Tary maupun Alan selama ini tidak pernah tahu dengan perasaan Cita, karena Cita pun tidak pernah menceritakan kepada kakaknya bahwa selama ini ia memendam perasaan kepada Alan. Sambil dengan cepat menghapus air matanya dan berusaha sekuat tenaga untuk tersenyum Cita kemudian ikut melanjutkan acara makan malam itu. Ia tidak mendengarkan apa yang dibicarakan antara mama, papa, kak Tary, dan Alan. Ia terlalu sakit menahan perasaan ini, hingga ia tidak tahan untuk pergi meninggalkan ruang makan itu menuju ke kamarnya.
            “Aku ke kamar duluan yaa, aku sudah kenyang” ucap Cita cepat sambil berlari menuju kamarnya.
            Dikamar Cita menangis dan merasa kan hatinya begitu sakit. Ia tidak menyangka kakak nya itu berpacaran dengan pengeran masa kecilnya. Pantas saja selama ini ia melihat kedekatan Alan dan kak Tary begitu istimewa mereka terlihat begitu serasi. Kemudian ia berjalan menuju meja belajarnya, mengambil sebuah kertas dan menuliskan suatu kalimat di kertas itu, kemudian ia lipat dan ia taruh di meja belajarnya kak Tary.
            Didalam kamar ia terus menangis dan berfikir kemudian ia menulis surat lagi, dan lagi-lagi ia menaruh di meja belajar kak Tary.
            Setelah acara makan malam selesai, kak Tary berjalan menuju kamarnya dan ketika ia memasuki kamarnya ia melihat ada dua lembar kertas diatas meja belajarnya. Lalu ia pun membuka satu persatu surat itu.
Surat pertama : “Kak Tary, maaf, aku mencintai Alan mu, aku mencintai kak Nico ku”
Surat kedua : “Aku rela jika kak Nico ku untuk mu, dan Alan mu tetap untukmu”.

*diangandhi