Rainbow Arch Over Clouds

Kamis, 24 Februari 2011

rangkaian mimpi :)

Pukul: 22:56, Tahun 2015. Di ruangan kerja yang dingin
            Aku mengamati tumpukan album yang telah lama ini aku tinggalkan karena pekerjaanku mengurusi film perdana ku. Satu, dua, ahhhh, banyak sekali ternyata foto-foto kenarsisan aku dan temen-temen ku saat kuliah dulu. Perlahan aku membuka lembar demi lembar album itu. Kutemukan banyak foto yang ku fikir “Dulu ternyata aku Cu-Pu parah yah.” Dengan gaya foto yang standar itu-itu saja dan dengan muka yang juga sangat innocent.
            Kembali aku berkutat dengan laptop ku untuk menyelesaikan deadline ide cerita untuk film ku yang terbaru. Dan, hap, hap, hap. Ide itu kemudian begitu lancar mengalir menyusuri rongga dan urat-urat diotakku. Ku tatap album itu, lalu ku tuliskan semua nya di laptop hitamku. Aku tertuju pada satu itu. Foto aku bersama sahabat terbaikku. Bang Raga.

Pukul: 11:00, 7 tahun yang lalu. Di atrium kampus yang panas
Haiiiiiii. Namaku Granisa, Granisa Ratna Ayumi. Aku adalah seorang anak biasa, bukan mereka seperti orang-orang lain yang kaya dan tajir melintir. Aku saat ini berkuliah disalah satu Universitas swasta di Jakarta.
Aku berkuliah dengan jurusan Broadcasting. Satu yang aku fikirkan dalam hal ini adalah aku sangat ingin menjadi seorang reporter atau wartawan dan pemburu berita. Aku sangat menyukai semua pekerjaan yang berhubungan dengan lapangan dan alam. Aku tidak meyukai pekerjaan yang membuatku harus berpenampilan rapih dan hanya duduk stuck didepan computer dan ruangan ber-AC.
Kalo aku ingin berceritta tentang keluargaku, mungkin cerita ini tidak akan berkesan untukmu, mungkin kalian akan merasa cerita ini basi dan membosankan. Tapi mereka, keluargaku punya cerita yang indah untuk aku lukis, nyayi, dan tuliskan dalam harian kehidupanku. Ayahku hanyalah seorang karyawan swasta yang harus bekerja membanting tulang demi kami keluarganya. Demi kuliahku, demi adikku, demi ibuku, dan demi kehidupan kami. Ia ayah yang bijak, tegas, dan dapat mengatur kami untuk bisa mandiri.
Saat ini aku juga bekerja disalah satu restoran cepat saji Jepang yang terkenal. Aku hanya bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl). Aku tidak seperti teman-temanku yang hidupnya hanya berkuliah tanpa memikirkan hal lain, tanpa memikirkan apakah semester nanti kita masih bisa kuliah? Apakah besok kita masih ada ongkos untuk kuliah? Dan apakah hari ini kita bisa jajan dikampus. OH Tuhan, aku sangat iri pada mereka yang bisa menjalani masa kuliahnya tanpa memikirkan ini, itu, dan apapun.
Sejak kecil hobiku selalu bekutat dengan buku, aku sangat suka mewarnai, menggambar,, dan juga membaca semua cerita dongeng. Semua ceria dongeng, mulai dari Cinderella, Snow White, semuanya memberi inspirasi cinta kepadaku. Sampai saat ini, aku masih suka membaca. Dan sekarang aku mulai mencoba menulis semua irama kehidupan yang aku latunkan pada kertas dan computer berdebu dirumahku.
Oh iya, aku juga akan melantunkan tentang sahabatku, Ranaga Abdullah Kharisma. Ia sahabat yang ku temui pada masa orientasi. Dan kita semakin akrab ketika kami disatukan dalam kelompok pada mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi.
Kami ternyata mempunyai banyak perbedaan tapi itu semua dapat disatukan. Raga, seorang pria yang sangat lembut. Ia hobi menyanyi dan cita-citanya pun ingin menjadi seorang penyanyi, berbeda denganku yang ingin menjadi seorang penulis.

Pukul: 13:25, 5  tahun yang lalu. Di kantin orange
            “Cha, liat ini deh.” Raga tergesa-gesa kearahku
--Publish your Love with Song, Festival Menyanyi Univrsitas Martadinata. Sabtu, 21 Februari 2010—
Sekilas aku membaca brosur itu, aku pun paham ini adalah festival nyanyi atau lomba menyanyi mungkin. Dan pasti Raga ingin sekali mengikuti event ini.
“Mau ikut bang?”
“Mauuu lah, tadi gue baru ngambil ini di mading Fikom”
“Tanggal berapa sih emang?” ucapku sambil melirik brosur itu
“21 Februari? Besok dong kalo gitu?”
“Ah serius?”
*****
            And the winner is ……………. Febrian Aris Rasudi from Universitas Jayakarta”
            Aku melihat Raga tertunduk lesu disampingku, ini sudah kesekian kalinya ia tidak dapat membuktikan bahwa ia pantas menjadi juara. Ahhh, pasti suatu saat nanti, suatu saat nanti bang!
            “It’s okay brader, you are the best, but you aren’t lucky. It’s just game.” Ucapku berusaha menguatkannya.
            “Sip, masih ada besok-besok kan? Tapi…….. gue sudah sering gagal Cha”
            No Problemo, nanti kita coba lagi. Ayo cepat anterin gue kekantor pos, nih cerpen ke 13 ku yang di tolak bang. Kalo sampe ini ditolak juga? Hmmmmm”

Pukul: 14:34, 4  tahun yang lalu. Di dalam kamarku yang sempit
You Spin Me Round versi Alvin And The Chipmunk bernyanyi di handphone ku
“Hallo, dengan mbak Granisa?”
“Iya, saya sendiri, dengan siapa ini?”
“Saya dari majalah Young Generation, cerpen mbak Granisa yang berjudul Pelangi Jingga akan kami terbitkan minggu depan, dan honor untuk mbak Granisa sudah bisa di cek di rekeningnya”
“WHAT?! REALLY?! Akhirnya 17 kali mengirimkan cerpen baru kali ini dimuat?” batinku dalam hati.
“Okay terimakasih mbak.” Ucaplu cepat sambil segera ku tutup teleponnya.
            Sejak saat itu cerpen ku mulai sering masuk di majalah-majalah lain, bahkan sekarang aku sedang menyiapkan novel pribadiku. Pelan-pelan dan perlahan menulis, agar aku bisa menjadi seperti inspirasi ku, novelis terhebat menurutku “Raditya Dika.”

Pukul: 13:53, 3 tahun yang lalu. Di toko buku Gramedia
            Hari ini aku akan melihat perkembangan novel pertama! Sudah sebulan ini Novel ku kini berlebel teenlit dan berjejer dengan novel-novel hebat lainnya. Seakan rongga dada ku pun menyusung melihat nama ku bertengger pada cover novel itu. Dan aku pun mulai senang ketika ada satu, atau dua anak muda yang menghampiriku, menyodorkan novelku, dan meminta tanda tangan ku. Oh Tuhan, apakah ini rasanya menjadi seorang artis? Hmmm, tapi aku bisa sehebat inspirasi ku. Dia terlalu hebat untuk aku kalahkan.
            Kejutan lain pun kini hadir, beberapa cerpen ku kini didaulat untuk menjadi tayangan FTV, dan sinema-sinema singkat di televisi. Kini aku pun juga bekerja disana sebagai pembuat naskah cerita FTV setiap harinya. Terkadang jika otak ku mampet dan aku mencari-cari kumpulan cerpen ku aku bisa menjadikan ini sebagai tugasku dan syukurlah tim kreatif itu pun juga menyukainya. Aku mulai belajar di dunia televisi walaupun hanya menyumbang kan cerita saja.

Pukul: 19:25, 3 tahun yang lalu. Di Embun Café
            Hari ini aku dan beberapa sahabat dari Raga mengantar dan memberikan dukungan untuknya untuk lomba Jazz pada kali ini. Hmmm, entah apa yang berkecamuk di dada ku. Kali ini aku sangat bersemangat menyuruhnya mengikuti  lomba ini. Sekarang Raga sudah lumayan sering menang dalam berbagai perlombaan. Tapi kali ini, karena yang akan menjadi pemenang pada lomba kali ini akan di daulat untuk dapat berduet dengan Tompi, pada album terbarunya. Dan jika Raga menang malam ini. Maka ia akan menginjakan kaki di studio rekaman bersama Tompi. Uyeeeeh, kami semakin dekat dengan mimpi-mimpi kami.

Jakarta Convention Centre, 2 tahun yang lalu
            Aku dan bang Raga kini sudah lulus S1, sekarang ada tittle dibelakang nama kami S.SOS. akhirnya setelah 4 tahun berkutat dengan dunia perkuliahan akhirnya kami bisa lulus tepat waktu dan juga dalam waktu yang tepat.
Hari ini kembali aku mengantarkan bang Raga untuk mengikuti ajang Indonesian Idol. Suara yang semakin ciamik, dan dengan modal sebuah single duet bersama Tompi tahun lalu membuatnya begitu tambah bersemagat. Dan kali ini pun terlihat wajah keseriusan padanya. Daaaaan! Hap, hap, hap! Bang Raga lolos untuk hari ini. Alhamdulillah, terimakasih ya Allah J

Universitas Indonesia, 2 tahun yang lalu
            Sekarang aku ditemani oleh bang Raga pergi ke Universitas Indonesia untuk mengambil formulir beasiswa S2 ku di Jerman. Sejak kecil aku memang sangat menginginkan bisa pergi kesana. Tapi mungkin karena semua keterbatasan, Cuma hanya dengan beasiswa ini aku bisa mewujudkan mimpiku ke tanah eropa. Ke negara yang klasih dan sangat cantik menurut ku. Jerman!

Beberapa minggu kemudian
            Hari ini seharusnya bisa menjadi hari spesial untukku, karena aku harus pergi ke Jerman. Yaaaa! Alhamdulillah pengajuan beasiswa ku Jerman dikabulkan! Mengapa aku memilih Jerman? Karena saat ini mahasiswa dari luar yang ingin  berkuliah di jerman sangatlah murah. Bahkan karena beasiswa ini aku aku juga mendapatkan uang transport setiap bulannya.
            Tapi aku juga berat meninggalkan hari ini karena hari ini seharusnya aku ada dibalai sarbini, melihat aksi perdana sahabat ku di panggung yang selama ini sudah di impikannya. Dan dulu, saat kami masih merutas mimpi kami, aku pernah berjanji untuk bisa duduk di kursi terdepan untuk melihat penampilannya.
            Kini semua ada jalannya, aku pun juga harus pergi ke Jerman tanpa didampingi sahabat terbaikku yang mengantarkan aku mengambilkan formulir beasiswa itu. Tapi aku berjanji, aku akan selalu melihatmu dari Jerman sana. Walaupun kita terbatas oleh berjuta-juta mil jauhnya, tapi tenang sahabatku, doaku selalu ada untuk mu. Dan doakan aku juga untuk bisa sukses di Jerman sana.

Soekarno Hatta International Airport, tahun 2015
Welcome to Indonesia           
Kini aku telah kembali dari Germany, negara yang dulu hanyalah terasa mimpi bagiku. Kini gelarku adalah Master Of Communication. Aku sudah menyelesaikan lagi satu mimpi besar ku untuk bisa berdiri di benua biru itu. Berdiri dengan kemampuan ku, dan juga pengorbanan dan doa orang tua ku.
Diperjalanan aku menuju ke rumah, waaaaah! Supraise aku melihat sahabatku “Bang Raga” kini telah menjadi menjadi penyanyi terkenal. Walaupun ia belum Go International tapi dia sudah menjadi penyanyi yang hebat di nengeri nya sendiri. Papan billboard di sepanjang jalan yang memperlihatkan ekspresi bang Raga bernyanyi. Bahkan saat dilampu merah itu rata-rata cover majalah dan tabloid mereka adalah bang Raga yang mengeluarkan album baru, lagu nya menjadi tophits atau yang album lainnya meledak dipasaran. Waaaah, hebat sekali abangku itu.
“Hallo Cha, yaa ampun udah di Jakarta nggak bilang-bilang gue yee lo!”
“Hahaha, iya maaf bang. Kan sekarang udah jadi penyanyi hebat takutnya lagi sibuk lagi!”
“Ahh, gue mah kalo buat lo pasti ada Cha, tenang aja!”
“Ketemu yuk sekarang!”
            Pertemuan itu dapat melepaskan rindu ku yang terdalam kepada sahabatku, maklumlah untuk dua tahun ini aku tidak bisa pulang ke Indonesia karena biasalah masalah ongkos pesawat yang semakin mahal. Bang Raga benar-benar sahabat ku yang terbaik, ia selalu menggirimkan aku cd terbarunya ke tempat ku. Waaaah, terimakasih abang.
            Kini aku pun mulai menyiapkan novel kedua ku, dan ide gila itu pun muncul untuk membuat buku tentang jalan kami merutas mimpi kami, dari nol sampai kami bisa seperti sekarang ini. From zero to hero and from nothing to something.
******
Satu tahun kemudian…………
Lensa Senja
Saksikan di bioskop
14 Februari 2016
            Trailer film pertama ku mulai muncul di televisi, sebuah cerita cinta dari novel remaja ku empat tahun yang silam. Kini aku dapat merengkuh mimpiku, novel ku bisa kujadikan film, dan aku sendiri lah yang menyutradarai film ini, dengan memilih inspirasiku Raditya Dika untuk bermain di film ku, dan juga di bantu oleh sahabatku bang Raga, yang kini mengisi soundtrack di film perrdana ku ini.
            Mimpi ku kini mulai kurajut satu persatu, menerbitkan buku, pergi ke benua biru, menjadikan novel ku dalam bentuk film, dan menjadi sutradara, juga bisa bekerja sama dengan Raditya Dika.
            Mulai sejak itu, aku menjadi sering bekerja sama dengan Raditya Dika, dan aku juga kini didaulat menjadi sutradara untuk buku ke-5 Raditya Dika, Marmut Merah Jambu, kini aku sutradarai. Dan kini pula aku akan bekerja di stasiun televisi favorit ku.

            Raga juga kini semakin hebat, ia mulai mengutas mimpinya menjadi penyanyi Internasional, perlahan ia mulai menjajaki karier di belahan negara asia, mungkin suatu saat nanti ia juga akan pergi ke eropa, afrika, dan amerika. Kini ia mulai sering melakukan konser tunggal nya. Berdiri di panggung megah, dengan mengatasnamakan konser pribadinya.
            Kini mimpi pendidikan dan karier ku tinggal satu, bisa mendapatkan beasiswa lagi ke Negeri Paman Sam. Mengejar gelar doctor disana, dan bisa bekerja disana. Bisa sesekali ikut dalam produksi film Hollywood disana.

Los Angeles 2019
Aku kini bertemu dengan bang Raga di Amerika Serikat, ia sekarang bernyanyi disini. Berduet dengan Beyonce? Go International? Waaaaah! Hebat, sekarang mimpinya benar-benar tercapai, persis sama seperti mimpi ku, seperti mimpi kita dijaman kuliah dulu. Dan aku juga sudah menggenapkan mimpi ku, mengukir mimpiku menjadi sutradara film Hollywood ini.
APA?! Kita disatukan lagi dalam hal produksi bang Raga?! Tapi kali ini bukan di Indonesia, tapi di Amerika. Dan film apa? Ialah film tentang Indonesia.
Sampai akhirnya kami yakinkan bahwa:
Granisa: aku memang bukanlah penulis yang besar, tapi aku punya mimpi dan cita-cita yang besar yang akan aku tuliskan
Raga: aku memang bukanlah penyanyi yang besar, tapi aku punya mimpi dan cita-cita yang besar yang akan aku nyayikan
Akan aku tuliskan semua lembaran, irama, dan melodi perjuangan mimpiku dalam sebait lagu yang akan dinyayikan sahabatku.
Akan ku nyayikan sebait lagu, irama, dan melodi perjuangan mimpiku dalam secarik kertas yang ditulis oleh sahabatku.

*Hanya sekedar cerita mimpi gue Dian Ratnasari (Granisa) dan sahabatku Maulana Abdullah (Raga), tentang mimpi menjadi penyanyi dan penulis atau sutradara*

kita
*Dan ini akan menjadi kenyataan, suatu saat nanti*
AMIN J


*diangandhi

3 komentar:

  1. bloh kamu bagus di baca" ..
    templatenya juga cantik ..
    salam kenal yahh.. kalau ada waktu mampir ke blogku juga yah ..

    oh iyaa... aku follow yahh ..

    BalasHapus
  2. Rhyfhad : tengkyu ya rifat. oh ya udah du follow blog aku? aku follback yaa :D

    Ronny : tengkyu ronny :D

    BalasHapus