Rainbow Arch Over Clouds

Senin, 11 Oktober 2010

bubble magazine

            “Huuuuuhhh, selesai juga nih UAS.” Lirih Dira dalam hati.
 “Sumpah! Tuh soal bikin otak gue keriting! Mana gak ada di kisi-kisi lagi! Jawab ngasal deh gue,” umpat Ibnu, sahabat Dira begitu keluar dari kelasnya dan langsung menghampiri Dira dengan wajah yang kusut karena kesulitan mengerjakan soal ujian tadi.
“Hahahaa, emang tuh dosen rese, bikin gue pusing!” Ucap Dira tak kalah kesal.
“Udah deh, kantin yuk laper gue!” Ajak Ibnu sambil kemudian merangkul Dira pergi.
JJJJJ
Sambil menyantap makanannya mereka terus membahas tentang ujian yang menurut mereka super duper susah itu. Memang dosen Dira yang satu ini terkenal selalu memberiakan soal-soal yang susah, dan terkadang juga tidak sesuai dengan kisi-kisi soal yang ia berikan, dan parahnya lagi ia juga terkenal dosen yang killer dan sangat pelit terhadap nilai.
“Udah deh, pasti kena SP (Semester Pendek) gue,” ucap Ibnu
“Hahaha, gak apa-apa lah Nu, itung-itung lo bisa ketemu terus sama dosen kesayangan lo,” jawab Dira meledek
“Aelaaahh, rese lo malah ngeledek lagi,” sambil menjitak kepala sahabatnya itu
“weeee, bodo amat, kapan lagi gue bisa ngeledek lo,” jawab Dira lagi sambil melemparkan tissue ke sahabatnya itu dan langsung pergi berlari meninggalkan sahabatnya
“waaahhh, Diraaaa!! Bener-bener ya lo.” Sambil pergi mengejar sahabatnya itu.
Mereka berdua kemudian pergi menuju ke taman kampus untuk menemui teman-temannya yang lain. Maklum lah ini kan hari terakhir mereka dikampus, karena mulai besok Dira dan teman-temannya sudah mulai libur panjang, kira-kira 2 bulan kedepan. Maka hari ini Dira ingin pulang malam dan sekaligus melepas kangen kepada teman-temannya.
“Dir, lo belom pulang?” Tanya seoraang cowok yang tiba-tiba datang menghampiri Dira
“Ahh, apa? Belum, mungkin sebentar lagi” Jawab Dira singkat
“Dira pulang bareng gue!” Ucap Ibnu cepat, karena ia tahu bahwa Andi pasti berniat mengajak Dira untuk pulang bersamanya.
Ibnu memang hanya sahabatnya, dia pun sebenarnya tidak membatasi siapapun untuk mendekati Dira, tetapi ia tidak suka dengan Andi, karena menurutnya Andi tidak baik untuk Dira, dan Ibnu tidak rela Andi menjadi pacar Dira.
Tanpa menjawab sanggahan dari Ibnu kemudian Andi pun pergi meninggalkan mereka sambil memberikan senyuman sinis kepada Ibnu.
JJJJJ
            Sudah tiga hari Dira menikmati liburan semesternya, tapi bukannya merasa senang, Dira malah merasa sangat bosan harus terus berada dirumah. Belum lagi uang jajan yang juga makin menipis karena biasanya selama liburan Dira tidak akan mendapatkan uang jajan. Setiap hari yang dilakukan Dira hanya bangun - makan - ngenet - tidur, setiap hari hanya itu yang selalu yang dilakukan Dira.
            Malam harinya, jam sudah menunjukan pukul 02:30 malam tetapi Dira sama sekali tidak merasakan ngantuk. Akhir-akhir ini sejak adanya Fifa World Cup membuat penyakit insomnia Dira bertambah parah, biasanya Dira paling telat tidur jam 2 pagi, tapi karena efek dari Fifa World Cup penyakit ini pun semakin parah, dan Dira baru bisa tidur ketika setelah sholat Subuh dan bangun ketika adzan Dzuhur.
            “Aduhh, insom gue makin parah, jam segini belum ngantuk-ngantuk juga gue.” Gumam Dira dalam hati
Perlahan Dira mulai menghampiri dan membuka laptopnya. Ia baru ingat kalau ia masih punya sisa cerpennya yang terbengkalai karena kesibukan Dira dikampus. Kemudian dia mulai mencoba melanjutkan cerpen karangannya. Cerpen yang sedang dibuat Dira adalah kali ini adalah masih tentang cerita cinta remaja, dan yang berbeda adalah kali ini ia mencoba mengungkap dan menceritakan kisah nyata tentang perjuangan cinta semasa SMA nya. Cinta yang selama ini terpendam selama masa SMA nya, cinta bisunya Dira kepada kakak kelasnya.
Ia terlihat sangat serius dan berusaha menyelesaikan cerpen itu sesuai dengan perasaannya. Perasaan cinta diam-diam yang selama ini ditutupinya.
“Cinta ini adalah cinta diam-diam, Cinta dalan kebisuan untuk aku dan kamu, cinta masa SMA ku”
Itu adalah sepenggal akhir dari kata-kata ungkapan cinta diam-diamnya Dira kepada sosok kakak kelas jaman SMA-nya, kepada orang yang membuatnya menunggu bertahun-tahun.
JJJJJ
            “Selesai juga cerpen ke-11 gue!” sambil mengembangkan senyuman puas bibirnya.
            “Hoooaaaamm!” Dira pun mulai merasa ngantuk dan capek ketika ia melihat bahwa jam menunjukan jarum panjangnya ke angka 11 dan jarum pendeknya menunjukan angka 4.
            “Gilaaa! udah jam mau jam 4.” “Jam segini belum tidur gue.” Ucap Dira kaget.
            Segera ia mematikan laptopnya dengan sebelumnya tentu ia menyimpan dulu file cerpen kebanggaannya itu dengan file name “Cinta Bisu Masa SMA.”
JJJJJ
            “Duduk dulu Dir, gue belom mandi.” Teriak Ibnu dari lantai atas ketika mengetahui bahwa Dira telah sampai.
            “Lama lo, dari tadi ngapain aja?” Teriak Dira balik dengan sewot.
            Hari ini Ibnu meminta Dira untuk menemaninya untuk mencari gitar baru untuknya. Karena Ibnu telat bangun, maka ia menyuruh Dira untuk kerumahnya. Dira duduk diruang tamu rumah Ibnu sambil membaca majalah yang ia ambil dari bawah laci mejanya. Dia membolak-balik majalah itu sambil sesekali membaca ramalan-ramalan zodiac yang ada di majalah itu. Tiba-tiba Dira berhenti di sebuah halaman yang menampilkan sebuah cerpen yang membuat Dira membacanya. Dira begitu serius membaca cerpen yang diterbitkan di majalah tersebut.
“Gilaaa nih cerpen, bagus banget!!” Puji Dira dalam hati
“Cerpen gue mah gak ada apa-apanya.”
Dan setelah membaca majalah itu kemudian ia mulai berfikir tentang apa yang akan ia lakukan pada kumpulan cerpen-cerpennya, “Apakah ia berani untuk mengirimkan karyanya ke majalah itu?”
            “Weeiii, sorry ya lama!” Suara Ibnu datang tiba-tiba.
            “Apaan lo?” “Kebiasaan sih lo, orang udah sampe baru mandi!” jawab Dira kesal
            “Hahaha, iya maaf yaa” Sambil mengelus lembut kepala Dira.
            “Ini majalah siapa Nu?” sambil menunjukan majalah yang tadi dibacanya.
            “Ohh, itu punya sepupu gue.” “Tapi gak dibawa lagi sama dia.” “Kenapa Dir?”
            “Gak apa-apa, buat gue yah?” “Majalahnya bagus.”
            “Ambil daaaahh!”
            “Asiikkkk!” ucap Dira bersemangat sambil memasukan majalah tersebut kedalam tasnya.
            Setelah membeli gitar baru untuk Ibnu, kemudian mereka berjalan menuju restoran Jepang favorit Dira, dan hari ini Ibnu berjanji untuk mentraktir Dira.
            “Makan dulu! Baca majalahnya nanti aja!” Perintah Ibnu.
            “Iya, tar dulu Nu! Tanggung!” sahur Dira cepat.
            “Udah makan dulu!” Perintah Ibnu lagi.
“Iya, iya.” Jawab Dira dengan muka cemberut sambil menyingkirkan majalah itu ke meja disebelahnya.
JJJJJ
Saat sudah pulang kerumah Dira langsung membuka majalah itu dan mencari-cari alamat atau email dari majalah itu agar dapat dihubungi. Setelah membolak-balik majalah itu kemudian ia temukan alamat dan email majalah tersebut. Sepertinya keyakinan Dira sudah bulat untuk mengirimkan salah satu dari koreksi cerpennya ke majalah tersebut.
Didalam kamar ia membuka laptopnya dan membaca-baca semua kumpulan cerpennya sambil menimbang-nimbang kira-kira manakah cerpen terbaiknya yang akan ia kirimkan. Iya tidak pernah berfikir  bahwa ia akan mengirimkan salah satu karyanya ke majalah, karena selama ini Dira hanya  iseng-iseng menulis untuk kepuasan pribadinya. Setelah selesai membaca-baca kemudian Dira memutuskan untuk mengirimkan cerpennya yang berjudul “Cinta Bisu Masa SMA”. Yaa, cerpen ke-11 nya yang merupakan ungkapan hati dan kisah nyatanya.
Kemudian ia mengambil HP-nya dan memencet satu kontak yang sudah ada di kotak dialed-nya.
“Hallo Nu, mau minta pendapat lo nih!”
“Kenapa Dir?” Tanya Ibnu panik
Kemudian Dira pun menanyakan tentang niatnya untuk segera menerbitkan cerpennya, tapi karena ia merasa bahwa cerpennya tidak sebagus cerpen yang ia baca di majalah sepepunya Ibnu itu, membuat Dira tidak yakin untuk melanjutkannya. Dan disaat-saat seperti inilah sosok Ibnu sangat dibutuhkannya, karena sosok Ibnu inilah yang dapat membuatnya nyaman dan tenang.
“Ya udah besok gue kerumah lo!”
“Okay, thanks Nu!” Jawab Dira dan mengakhiri percakapannya.
JJJJJ
Keesokan paginya Ibnu datang untuk membaca cerpen yang akan Dira terbitkan. Dengan deg-degan Dira menunggu reaksi Ibnu setelah membaca cerpen miliknya.
“Beneran mau dikirimin nih cerpen?” Tanya Ibnu
“Emang kenapa Nu?” “Jelek ya?” “lumayan Nu kalo beneran diterbitin gue bisa nambah-nambah uang jajan” Jawab Dira
“Bukan gitu Dir, ini juga udah lumayan kok, orang kaya lo bisa juga bikin cerpen kayak gini! hahahaa. Tapi ini cerita tentang lo sama noval kan? Lo yakin mau publikasiin ini?”
“Iya ini tentang Noval,” tapi beneran bagus gak? Kalo bagus baru gue mau terbitin.” tanya Dira memastikan.
“Iyaaa baguussss baweeelll, kirimin aja, tapi gimana nanti kalo ada yang paham sama cerita ini? Yaaa, siapa tau Noval baca!”
“Hahahaa, kaya bakal diterbitin aja nih cerpen, kan gue mau usaha dulu!” jawab Dira mulai yakin.
“Yaudah, iyaa iyaaa, tapi nanti kalo bener-bener diterbiitin traktir gue yaaaa!” Ledek Ibnu sambil mengandeng tangan Dira untuk berdiri dan segera berangkat ke kantor pos.
Sepanjang perjalanan Dira terlihat sangat gugup, ia lebih banyak diam sambil memegangi amplop coklat besar yang menjadi naskah cerpennya. Maklumlah ini baru pertama kalinya ia akan mengirimkan hasil karyanya ke majalah, dan jika cerpen ini benar-benar diterbitkan maka ia akan mendapatkan gaji pertamanya dari hasil kerja kerasnya.
Saat sampai di depan kantor pos, Dira terlihat ragu-ragu untuk melangkah, tetapi dorongan dari sahabatnya membuat Dira yakin dan bersemangat untuk mengirimkan karyanya itu.
“Bismillah,” Ucap Dira singkat sambil memasukan karyanya itu ke kotak pengiriman surat.
JJJJJ
            Hari ini, tanggal 14 September adalah hari ulang tahun Dira yang ke-19, dan hari ini juga tepat dengan dua minggu dimana ia mengirimkan demo cerpennya. Tiba-tiba saat sedang makan siang sekaligus merayakan hari ulang tahunnya bersama Ibnu ia mendapatkan telepon dari salah satu staf redaksi tempat Dira mengirimkan majalahnya.
            “YEEEE YEEEE YEEEEEEEEEEE, CERPEEENNN GUE TERBITTTT!!!!” Teriak Dira sangat senang sambil menari-nari, ketika ia menutup telefonnya.
            “IBBNUUUUU!!! CERPEN GUE MAU DITERBITIINNN!!!!” Teriak Dira kepada Ibnu sambil meremas rambut dan mencubiti pipi Ibnu dengan gemas.
            Ibnu pun tersenyum senang melihat sahabatnya bisa segembira itu mendapat kabar bahwa cerpennya akan terbit di edisi minggu depan, dan berita bahagia ini datang tepat dihari ulang tahunnya.
Thanks God!” “Ini adalah kado special untuk dia, Dira, sahabatku!” Ucap Ibnu senang dalam hati.
            Dira pun segera pergi menuju Bank untuk mengambil uang hasil karyanya yang sebenarnya tidak terlalu banyak, hanya sebesar Rp.350.000,-. Tapi hasil ini pun sudah membuat Dira sangat senang dan yang pasti cukup untuk mentraktir Ibnu sampai kenyang.
JJJJJ
            Cerpen Dira yang akan terbit di edisi minggu depan ini membuat Dira semangat membeli majalah itu dan langsung mencari halaman dimana ia dapat melihat karyanya ada disebuah majalah. Perasaan senang, terharu bercampur aduk ada di hati Dira.
            Mulai saat itu Dira menjadi semakin bersemangat dan rajin untuk membuat dan mengirimkan kumpulan cerpen-cerpennya. Yaahhhh, walaupun hasil cerpennya yang ia kirimkan itu tidak selalu diterbitkan, terkadang ada yang mengalami kegagalan, “Tapi yang penting usaha.” Itu yang membuat Dira selalu bersemangat untuk menulis dan mengirimkan cerpen-cerpen karyanya.
            “Cinta Bisu Masa SMA” inilah cerpen yang dapat membuat Dira meraih mimpinya, melihat hasil karyanya terpampang di Majalah yang popular, di BUBBLE MAGAZINE.

*diangandhi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar