Rainbow Arch Over Clouds

Senin, 11 Oktober 2010

dia untuk kakakku

         “Yeaahhh, akhirnya selesai juga” desah Cita setelah keluar dari kelas Sosiologi Komunikasi yang menurut Cita ini adalah mata kuliah yang sangat membosankan.
Yaaaa, betapa tidak membosankan menurutnya mata kuliah Sosiologi Komunikasi ini lebih banyak teori, padahal Cita sangat pusing jika sudah berkutat dengan pelajaran yang dinamakan teori, bikin ngantuk pikirnya.
Sambil terus membicarakan tentang dosen killer yang menyebalkan itu lalu Cita dan kedua temannya Amel dan Lina terus bergegas berjalan menuju kantin, karena hari sudah siang dan mereka pun juga sudah mulai lapar.
“Gue mau pesen nasi goreng seafood nih! lo mau pada nitip gak?” ajak Cita.
“Gak ahh Cit” jawab mereka kompak
“Ohh yaudah, gue pesen duluan yaa” sahut cita sambil meninggalkan bangkunya dan menuju stand nasi goreng seafood yang di inginnya.
            “Bu nasi goreng seafoodnya satu.” ucap Cita berbarengan dengan seorang cowo tinggi, tampan, dan atletis yang kini berada disampingnya.
            “Apa de? Mau satu atau dua nasi gorengnya? Jangan bareng-barengan gini dong kan ibu jadi binggung.” jawab ibu kantin itu dengan binggung.
            “Iya satu bu!” ucap Cita
            “Dua bu!” ucap cowok itu berbarengan lagi denagn Cita
            “Jadi dua bu, saya satu dan dia satu. Yang punya saya jangan pedes yah bu, dianter ke meja sana” ucap cowo itu lembut sambil menunjukan meja tempat ia duduk.
            “heeii, kamu maunya apa? Pedes atau engga?” tanya cowok itu lagi.
            “Iya bu, yang punya saya pedas tapi gak pakai telur ya bu!” Cita mengingatkan ibu kantin itu.
            “Meja saya disana yaa bu” ucap Cita sambil menunjukan mejanya, lalu pergi beralih kearah mejanya sambil sudut mata kanannya mengawasi langkah cowok itu.
            Setelah Cita duduk lagi di tempatnya, matanya tetap tertuju pada cowok tadi. Selain ia kagum dengan wajah dan badan atletisnya, serta tutur katanya yang ramah, ia juga merasa sangat mengenal pria ini.
            “Tapi ia siapa?” ucap Cita dalam hati.
            Cita terus berfikir dan mengingat ingat siapa sebenarnya cowo itu, lamunannya pun berakhir saat pesanan nasi goreng seafoodnya itu datang.
JJJJJ
            Saat malam ketika ia hendak tidur pun ia tetap memikirkan siapa cowok itu, Cita seakan-akan sangat mengenalnya, tetapi ia tidak ingat sama sekali dengan cowok itu, terlalu lama memikirkan cowok itu membuat Cita menjadi pusing dan migrainnya pun kambuh lagi.
            “Aduuhhh, gara-gara tuh cowok kumat lagi kan migrain gue, mending gue bawa tidur aja deh” geurtu Cita Karena menahan sakit di bagian kanan kepalanya.
JJJJJ
            Ditaman kampus, saat ia sedang duduk santai bersama Amel dan Lina menunngu jam kuliah berikutnya mulai, dan tiba-tiba cowok itu melintas didepan mereka sehingga membuat Cita gugup melihat cowok itu berjalan didepannya.
            “Ehh itu cowok yang tadi siapa sih?” tanya Cita penasaran kepada Amel dan Lina
“Ohh yang tadi baru lewat, yang cakep itu? Masa sih lo gak tau Cit, dia kan ketua BEM-F (Fakultas)  kita! Kemana aja lo pas ospek?” jawab Lina.
“HAH?! Masa sih? Itu kak Alan?” Tanya Cita kembali.
“IYAAA CITTAAA!!” jawab Amel dan Lina kompak.
            Setelah ia menanyakan ini itu kepada Amel dan Lina apakah benar cowok itu yang namanya kak Alan, ketua BEM-F di kampusnya, apakah dia se-enggak popular itu sampai wajah ketua BEM nya saja nggak tahu. Ternyata setelah dijelaskan dia baru inget kenapa dia tidak pernah melihat wajah seniornya itu, karena saat sang ketua BEM ini pidato didepan semua mahasiswa baru, dia sedang sakit dan hampir pingsan dan dia sedang berada di ruang rawat. Setelah itu, seiring berjalannya perkuliahan dia juga sudah lupa dan tidak memperdulikan siapa ketua BEM nya itu.
            Sesampainya dirumah, setelah membuka pintu, ia pun kaget setengah mati dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Cowok itu, Alan si ketua BEM itu ada dirumah Cita bersama Tary, kakaknya. Cita hanya bisa berdiri mematung di depan pintu dengan tatapan tidak percaya.
            “Kenapa bengong Cit, masih kenal gak lo sama dia?” tanya kak Tary sambil menunjuk kearah cowok itu.
            “HAH, a- apa-apa kak?” ucap Cita terbata-bata.
            “Haduhhh, masih kenal gak lo sama dia? Ulangi kak tary lagi
            “Ohh dia, kak Alan ketua BEM-F dikampus gw?” jawab cita santai.
            “Ohhh, jadi kamu benar-benar lupa ya Cit?” ucap cowok itu lembut.
            “HAH!!, dia tahu nama gue? Sejak kapan?” ucap Cita dalam hati.
            “Hahahaa, lo sih sok-sokan mau ganti nama, ini kak Nico loh cit, temen SD kakak, yang dulu juga suka main sama kamu! Yaaampunn, masa kamu lupa sih” ucap kakak Cita lagi sambil disertai tawa kecilnya.
            JGEERRRRR!! Pantas saja selama ini cita merasa sangat mengenal cowok ini, tapi ia sama sekali tidak menyangka kalo cowok yang selama beberapa hari ini menjadi pokok pikirannya, ternyata cowo ini adalah cinta masa kecilnya, cinta pertamanya, dan yang sampai sekarang belum pernah Cita lupakan. Yaaaa Nicholas Alan Prayudha. Kak Nico masa kecilnya yang kini lebih biasa dipanggil Alan.
            Ternyata selama ini Tary, kakak cita masih sering berkomunikasi dengan Alan, tapi baru kali inilah kesempatan Alan bisa berkunjung kerumahnya, setelah kejadian nasi goreng seafood dikantin itu membuat Alan harus memastikan apakah dia benar-benar melihat Cita kecilnya, adik Tary.
JJJJJ
            Setelah pertemuan dengan kak Nico, pangeran masa kecilnya itu hubungan Cita dan Alan semakin dekat, tidak jarang mereka sering terlihat bersama dikampus.
            Cita juga jadi sering pulang bersama Alan, tetapi setiap mereka pulang bersama Alan selalu mengajak Cita untuk menjembut kakaknya juga. Cita dan kakaknya memang berbeda kampus. Terkadang ada perasaan malas terhadap kakaknya, “Kenapa kak Nico (yaaaa, Cita selalu memanggil Alan tetap dengan nama Nico) pakai repot-repot jemput kak Tary sih?” gerutu Cita dalam hati. Karena mulai disadari atau tidak, Cita cemburu dan jealous dengan Alan yang begitu perhatian terhadap kak Tary. Tapi karena Cita ingin selalu berada di dekat Alan, apapun tidak menjadi masalah baginya selama ia bisa tetap terus bersama Alan, yaaa selama mungkin bersama Alan.
            Cita memperhatikan gerak-gerik kakaknya dan kak Niconya begitu dekat, seakan mereka berdua terlihat begitu memiliki chemistry dan terlihat sangat serasi, tapi dengan cepat Cita membuang pikiran konyol itu.
            “Kenapa gue jadi mikirin kak Tary sama kak Nico sih?’
            “Gak, gak boleh, kak Nico punya gue!”  gumam Cita.
JJJJJ
            “Citaaaa!” suara kak Tary yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Cita dan membuat kaget.
            “Kenapa sih lo kak? Bikin kaget aja! Ketok pintu dulu dong kalo mau masuk!” cecar Cita sewot.
            “hahahaa, iya maaf yah, abis pintu lo kan juga enggak di kunci, iyaaaa aku jadian loh!” kembali kakak Cita mengulangi.
            “Paling juga balikan lagi lo sama kak Danny? Iyaa kan?” sanggah Cita sekenanya.
            Danny adalah mantan kak Tary, selama ini kak Tary dan Danny selalu putus-nyambung. Makanya Cita tidak terlagu kaget mendengar berita kakaknya punya pacar, yaaahhh, paling-paling juga balikan lagi sama Danny.
            “Ih, enak aja, bukan Danny!” kak Tary membela diri.
            “Hah! Siapa kak?” tanya Cita cepat, sekaligus merasa heran karena tumben banget kak Tary dapat cowok baru.
            “Besok dia gue ajak kesini kok, buat makan malam sama mama papa.”
            “yeeehhh, centil lo” ucap Cita sambil melemparkan boneka teddy bearnya kearah kak Tary yang langsung berlari menuju pintu dan menutupnya.
            “kak Tary punya pacar baru? Siapa sih orangnya? Tumben banget kak Tary main rahasia-rahasiaan sama gue?” Pikir Cita.
JJJJJ
            “Pulang kuliah nanti jangan malam-malam yah, jam 7 udah dirumah, okay!” ucap kak Tary sebelum Cita berangkat kekampusnya.
            Hari ini Cita menjadi penasaran dengan siapa pacar baru kakaknya. Apakah mungkin kak Tary berpacaran dengan kak …… belum sempat cita melanjutkan kata-katanya kemudian dia tersadar dan membuang fikiran itu jauh-jauh.
            Hari ini Cita juga tidak melihat Alan dikampus. Di kantin, di taman, di parkiran, Cita tidak melihat batang hidung Alan sama sekali, dan ternyata setelah ditelepon Alan hari ini tidak ada jadwal kuliah, dosennya berhalangan hadir. Cita pun merasa kecewa karena hari ini ia tidak bisa bertemu dengan kak Nico nya.
JJJJJ
            Jam 6 sore, sesampainnya dirumah Cita telah melihat mama dan kakaknya sedang sibuk didapur karena menyiapkan makanan untuk acara nanti malam. Kak Tary terlihat begitu bersemangat sekali.
            “Ehhh aadikku sayang sudah pulang, cepat mandi yaahh, nanti jam 7 kita mulai makan malamnya” kak Tary menyapa Cita.
            Sambil menganguk iya Cita langsung berjalan menuju kamarnya untuk bersiap-siap, “semangat banget sih tuh kak Tary” ucapnya dalam hati.
            Cita merasa perasaan tidak nyaman, kenapa hati dia merasa begitu sakit dengan melihat senyum kak Tary jika membicarakan malam ini, kenapa Cita merasa cemburu ketika ia mengetahui kak Tary sudah punya pacar baru?
JJJJJ
            Waktu sudah hampir jam 7 malam, Cita pun sudah rapi dan bersiap untuk makan malam, ia pun turun dari kamarnya menuju ke ruang makan.
            “ Kak Tary? Itu kak Tary? Cantik banget dia malam ini?” puji Cita dala hati.
            Tanpa berkata apapun Cita lalu menarik kursi dan duduk di depan kakaknya itu, ia melihat wajah kak Tary terlihat sangat senang. Tak lama kemudian mama dan papa mereka pun turun menuju meja makan.
            “Sudah dekat belum pacar kamu Tar?” tanya mama kepada kak Tary.
            “Sudah mah, sebentar lagi juga sampai” jawab kak Tary.
JJJJJ
Bel rumah berbunyi, kak Tary langsung berdiri dengan cepat dan menghampiri arah suara yang datang. “Itu pasti pacar barunya kak Tary” pikir Cita dalam hati. Terdengar ada suara mereka mengobrol sebentar sebelum selanjutnya terdengar langkah mereka berjalan menuju ruang makan.
            Seperti tersambar petir dimalam hari Cita tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, kali ini hatinya benar-benar terasa sakit, sangat sakit hingga tidak sengaja air matanya pun menetes dari sudut matanya dan membasahi pipinya.
            “Kak Nico pacar kakaku? kak Nico pacar kak Tary?”
            “Gak mungkin, GAK MUNGKIINNNN!” jerit Cita dalam hati.
            Kak Tary dan Alan begitu sangat bahagia saat itu, berbeda dengan perasaan Cita yang menahan sakit luar biasa saat itu, tapi ini semua bukan salah mereka, kak Tary maupun Alan selama ini tidak pernah tahu dengan perasaan Cita, karena Cita pun tidak pernah menceritakan kepada kakaknya bahwa selama ini ia memendam perasaan kepada Alan. Sambil dengan cepat menghapus air matanya dan berusaha sekuat tenaga untuk tersenyum Cita kemudian ikut melanjutkan acara makan malam itu. Ia tidak mendengarkan apa yang dibicarakan antara mama, papa, kak Tary, dan Alan. Ia terlalu sakit menahan perasaan ini, hingga ia tidak tahan untuk pergi meninggalkan ruang makan itu menuju ke kamarnya.
            “Aku ke kamar duluan yaa, aku sudah kenyang” ucap Cita cepat sambil berlari menuju kamarnya.
            Dikamar Cita menangis dan merasa kan hatinya begitu sakit. Ia tidak menyangka kakak nya itu berpacaran dengan pengeran masa kecilnya. Pantas saja selama ini ia melihat kedekatan Alan dan kak Tary begitu istimewa mereka terlihat begitu serasi. Kemudian ia berjalan menuju meja belajarnya, mengambil sebuah kertas dan menuliskan suatu kalimat di kertas itu, kemudian ia lipat dan ia taruh di meja belajarnya kak Tary.
            Didalam kamar ia terus menangis dan berfikir kemudian ia menulis surat lagi, dan lagi-lagi ia menaruh di meja belajar kak Tary.
            Setelah acara makan malam selesai, kak Tary berjalan menuju kamarnya dan ketika ia memasuki kamarnya ia melihat ada dua lembar kertas diatas meja belajarnya. Lalu ia pun membuka satu persatu surat itu.
Surat pertama : “Kak Tary, maaf, aku mencintai Alan mu, aku mencintai kak Nico ku”
Surat kedua : “Aku rela jika kak Nico ku untuk mu, dan Alan mu tetap untukmu”.

*diangandhi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar